SOLOPOS.COM - Kepala BPJS Kesehatan Cabang Sleman-Kulonprogo Janoe Tegoeh Prasetijo saat jumpa pers public expose capaian program JKN KIS dan dampaknya terhadap perekonomiandi Kantor BPJS Kesehatan Cabang Sleman, Selasa (22/8/2017). (Abdul Hamid Razak/JIBI/Harian Jogja)

BPJS Kesehatan melindungi pasien dengan penyakit katastropik

Harianjogja.com, SLEMAN — Dari 7.761 pasien dengan penyakit katastropik di wilayah Sleman sebanyak 80% merupakan penderita penyakit jantung. Sisanya adalah penderita kanker, gagal ginjal dan hepatitis.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala  Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Cabang Sleman-Kulonprogo Janoe Tegoeh Prasetijo mengatakan dari 1,17 juta peserta JKN KIS di Sleman dan Kulonprogo sebanyak 7.761peserta memiliki penyakit katastropik. Jumlah tersebut masih terbilang kecil jika dibandingkan dengan capaian secara nasional.

“Peserta memanfaatkan jaminan kesehatan yang diberikan BPJS dan semuanya ditangani di RSUP dr. Sardjito,” katanya saat jumpa pers public expose capaian program JKN KIS dan dampaknya terhadap perekonomiandi Kantor BPJS Kesehatan Cabang Sleman, Selasa (22/8/2017).

Banyaknya peserta yang memiliki penyakit kronis tersebut menunjukkan program JKN-KIS juga mampu mencegah warga dari kemiskinan. Sebab biaya untuk pengobatan penyakit katastropik sangat mahal. Dengan menjadi peserta JKN, seluruh biaya pengobatan bisa ditanggung BPJS dengan syarat sesuai aturan dan tindakan medis.

“Orang kaya pun bisa jatuh miskin untuk pengobatan penyakit kronis. Sekali cuci darah, misalnya, biayanya Rp1 jutaan. Operasi penyakit jantung, biayanya bisa mencapai ratusan juta,” ujarnya.

Oleh karenanya, pihaknya selain terus meningkatkan jumlah kepesertaan juga berupaya selalu melakukan upaya pencegahan (preventif) agar masyarakat bisa menjauhi penyakit katastropik ini. Hingga Juli 2017, jumlah peserta JKN KIS Sleman Kulonprogo tercatat 1,16 juta atau 74% dari populasi jumlah penduduk 1,5 juta jiwa. Jumlah tersebut termasuk peserta Jamkesda yang diintegrasikan dalam program JKN KIS di mana Sleman sekitar 60.000 jiwa dan Kulonprogo 29.000 jiwa.

“Tahun ini kami targetkan ada kenaikan jumlah peserta antara 77 hingga 80 persen,” katanya.

Selain terus menjalin kerjasama dengan lembaga dan instansi, pihaknya menyediakan beragam kanal pendaftaran. Mulai pendaftaran manual di kantor, berupa aplikasi mobile, sistem online, call care center, para kader JKN, sistem dropbox di kecamatan, tempat ibadah dan pusat perbelanjaan. “Kami juga menerima pendaftaran melalui WA (whatsapp). Ini dilakukan untuk meningkatkan kepesertaan,” katanya.

Hingga kini, tercatat 161 FKTP dan 32 Rumah Sakit di wilayah Sleman dan Kulonprogo yang bergabung dengan BPJS. Dari 25 rumah sakit di wilayah Sleman, hanya tiga RS yang belum bergabung lantaran belum memenuhi syarat dan asas kebutuhan. Pada Semester I 2017, tercatat 780.000 kunjungan peserta ke FKTP dan 391.000 ke poli. Sementara yang rawat inap tercatat 39.900 pasien. “Jumlahnya diprediksi turun karena kegiatan promotif dan prefentif yang kami lakukan,” katanya.

Kabid SDM, Umum dan Komunikasi Publik BPJS Kesehatan Yuni Wibawa mengatakan, pihaknya akan terus melakukan peningkatan mutu dan layanan untuk mempercepat cakupan kepesertaan. Hal itu bertujuan agar rencana universal health couverage pada 2019 dapat terwujud.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya