SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JAKARTA —  Dampak putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membubarkan Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) dinilai akan membuat pemain migas wait and see.

Ketua Komite Tetap Hulu Migas Kamar Dagang Industri (Kadin) Firlie Ganinduto mengatakan saat ini investasi sedang cerah dan pemain migas sedang merasakan kenyamanan dalam berbisnis migas di Indonesia. Dengan dibubarkannya BP Migas secara tiba-tiba, ini akan membuat pemain migas wait and see.

Promosi BRI Dipercaya Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2024

“Migas merupakan investasi jangka panjang dan besar, sangat memerlukan kepastian  hukum. Sekarang sedang nyaman-nyamannya tiba-tiba BP Migas dibubarkan. Dampaknya pemain akan mengalami ketakutan, takut diputus kontraknya, jadi sekarang pemain migas pasti wait and see,” kata Firlie, Kamis (15/11/2012).

Pemain migas akan melakukan wait and see lantaran kepastian hukum menjadi tidak jelas. Padahal, kepastian hukum merupakan prioritas utama yang dijadikan pertimbangan untuk berinvestasi di bisnis migas.

Selain itu, lanjut Firlie, kejadian ini seperti mengulang kembali ketika belum disahkannya UU No 22 Tahun 2001 tentang Migas dimana para pemain migas juga melakukan wait and see.

“Kita sekarang menunggu lagi, seperti dulu tahun 2001 kita menunggu UU migas, investasi semua di wait and see sampai kita melihat kondisi yang kira-kira kita sudah tahu dampak implementasi UU migas, waktu itu kira-kira butuh waktu 5 tahun.”

Pembubaran BP Migas merupakan keputusan yang fenomenal. Pemerintah harus bertindak dengan cepat mencari jalan keluar. Mengenai kinerja BP Migas, menurut Firlie, BP Migas sudah menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. BP Migas bekerja untuk mengawasi seluruh kegiatan migas serta berupaya untuk terus menaikkan produksi.

“Sudah terkelola dengan baik, investor migas sudah nyaman, banyak perusahaan asing dan lokal berinvestasi indonesia, sangat kondusif,” ujarnya. Bila ada yang mengatakan BP Migas pro asing, dia tidak setuju dengan anggapan tersebut. Dia melihat BP Migas sudah cukup fair.

Saat ini, kata Firlie, yang paling penting pemerintah harus mengaskan bahwa seluruh kontrak yang kini tengah berjalan masih berlaku dan operasi migas masih terus berjalan seperti biasa. Pasalnya, seluruh kontrak yang ada harus dihormati.

Donny Indrawan, Manager Corporate Communication PT Chevron Pacific Indonesia menuturkan pihaknya akan tetap terus menjalankan komitmennya untuk men-supply energi. Sambil menunggu arahan lebih lanjut dari pemerintah, Chevron akan tetap beroperasi seperti biasa.

“Chevron bekerja berdasarkan kontrak bagi hasil, kita akan terus menjalankan komitmen kita supply energi. Kita menunggu arahan lebih lanjut, kita akan terus beroperasi, seperti biasa,” kata Donny.

Mengenai izin untuk melakukan kegiatan migas yang biasanya mendapatkan persetujuan BP Migas, Donny enggan berkomentar. “Saya belum bisa berkomentar, terkait juga dengan proyek lainnya, kami masih menunggu. Untuk kontrak yang ada, jalankan seperti biasa.”

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesian Petroleum Association (IPA) Dipnala Tamzil mendukung pemerintah untuk menjamin kelangsungan aktivitas operasi produksi minyak dan gas, serta pendapatan dan pasokan energi bagi negara. IPA berharap kondisi ini bisa segera diselesaikan untuk menghindari ketidakpastian.

“Industri membutuhkan segera arahan dan petunjuk dari pemerintah untuk mengurangi dampak potensial bagi investasi minyak dan gas di Indonesia,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya