SOLOPOS.COM - Ilustrasi musim kemarau. (JIBI/Bisnis/Semarangpos.com/Dok.)

Solopos.com, BOYOLALIBoyolali tengah mengalami kemarau terpanjang dan terparah dalam 10 tahun terakhir. Tanda-tandanya sudah dimulai sejak 2018 lalu dengan jumlah curah hujan di bawah normal.

Data yang dihimpun Solopos.com di website Badan Pusat Statistik (BPS) Boyolali, Jumat (4/10/2019), curah hujan terakhir pada 2018 hanya 1.804 mm3.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Curah hujan ini paling kecil sejak 2008 yang rata-rata di atas 2.000 mm3. Curah hujan di bawah 2.000 mm3 terjadi pada 2015 yakni 1.895 mm3.

Curah hujan kembali naik pada 2016 dengan volume 3.165 mm3 dan terus turun hingga mencapai kondisi terburuk pada 2018.

Baca juga: Warga Boyolali Tak Ingin Pilkada 2020 Hanya Diikuti Calon Tunggal

Kepala Pusat Data dan Informasi BMKG Stasiun Iklim Kelas I Semarang, Iis Widya Harmoko, kepada Solopos.com, Sabtu (5/10/2019), menuturkan penyebab kemarau panjang itu karena El Nino di Samudera Pasifik sejak awal 2019.

Lewat situs resminya BMKG menjelaskan El Nino merupakan fenomena memanasnya suhu muka laut di Samudera Pasifik tengah hingga timur. Siklus El Nino yakni 3-4 tahun sekali ini berpengaruh pada proses pembentukan awan.

“Pada hukum keseimbangan alam, setelah El Nino curah hujan akan kembali normal atau bahkan La Nina [pendinginan suhu di Pasifik] yang akan meningkatkan curah hujan,” imbuh Iis.

Baca juga: Beli Skincare dan Keliling Indonesia, Perempuan Boyolali Ini Gelapkan Duit Perusahaan Rp1,2 Miliar

Di lain sisi, berakhirnya musim kemarau tak semata-mata dilihat dari fenomena El Nino, namun juga suhu muka laut dan angin muson barat yang bertiup dari arah Asia ke Australia.

Sejauh ini BMKG mencatat anomali (ketidakteraturan) suhu muka laut cenderung dingin dengan angin yang masih dominan dari wilayah timur (Australia) yang menjadi faktor musim kemarau.

Kondisi ini berlangsung sampai Oktober sehingga prakiraan awal musim hujan mundur 10-30 hari. Terpisah, Kepala Pelaksana Harian BPBD Boyolali, Bambang Sinungharjo, telah memperpanjang masa darurat kekeringan hingga 31 Oktober menyusul kemarau panjang ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya