SOLOPOS.COM - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso berbincang dengan Presiden Direktur Solopos Media Group Arief Budisusilo yang diunggah di saluran Youtube Espos Indonesia, Minggu (13/2/2022). (Youtube)

Solopos.com, SOLO — Di tengah situasi pandemi Covid-19 yang belum berakhir, perekonomian Indonesia diprediksi bisa tumbuh 5,2 persen pada tahun ini.

Pernyataan tersebut diungkapkan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso saat berbincang dengan Presiden Direktur Solopos Media Group Arief Budisusilo yang diunggah di saluran Youtube Espos Indonesia, Minggu (13/2/2022).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“[Tumbuh] 5,2 persen itu [perkiraan] moderat, bisa lebih tergantung bagaimana Covid-19. Karena ini proses penyembuhan itu biasanya jump-nya cepat, tapi jangan ada kendala,” ujar Wimboh.

Menurut Wimboh, pemulihan pada tahun ini akan terakselerasi, Meski demikian terdapat scarring effect yang perlu diwaspadai pada sejumlah sektor pariwisata, termasuk penerbangan, hotel, restoran, dan kafe.

Baca Juga: OJK Tekankan Bahaya Pinjol Ilegal lewat Pakeliran Wayang

Dia menjelaskan, pertumbuhan dari sektor ini pun perlu disubstitusi dengan dorongan pertumbuhan yang lebih tinggi pada sektor lainnya, misalnya industri pengolahan dan sektor yang berorientasi ekspor.

“Ke depan harus ada kita create lagi, sektor pengolahan kita genjot lagi, ekspor kita genjot,” ujar Wimboh.

Di sektor perbankan, OJK memperkirakan pada tahun ini, kredit perbankan akan lebih tinggi, mencapai kisaran 6,5 persen hingga 8,5 persen.

Namun, pertumbuhan kredit tersebut juga masih sangat bergantung pada kondisi pandemi Covid-19 dan mobilitas masyarakat. Sebelumnya pada 2021, OJK mencatat kredit perbankan tumbuh sebesar 5,2 persen menjadi Rp5.768,58 triliun, dari Rp5.481,56 triliun pada 2020.

Baca Juga: OJK Akui Sulit Menutup Pinjol Ilegal, Ini Sebabnya

Kredit perbankan tumbuh positif didorong oleh pertumbuhan kredit konsumsi, UMKM, dan korporasi yang masing-masing tumbuh positif sebesar 4,67 persen, 3,67 persen, dan 2,72 persen.

Pada kesempatan itu Arif juga menanyakan soal kepanjangan dari OJK yang sering diplesetkan menjadi Otoritas Jasa Konstruksi dan Otoritas Jasa Kesehatan.

“Pertama, Otoritas Jasa Konstruksi karena selama periode saya, kita itu membangun beberapa kantor di daerah. Sebelum dibangun pasti ditutupi seng dan ditulisi, di sini akan dibangun gedung OJK. Masyarakat [berpikir] OJK membangun gedung, jadi OJK itu Otoritas Jasa Konstruksi. Tapi nggak papa,” ujar Wimboh.

Sedangkan OJK yang diplesetkan menjadi Otoritas Jasa Kesehatan karena ada kaitannya peran OJK yang memfasilitasi untuk vaksin kepada pelaku sektor jasa keuangan seluruh Indonesia.

“Karena ini vital. Jasa keuangan itu melayani nasabah jangan sampai pelayannya sendiri belum divaksin. Sehingga kita minta kepada mitra kesehatan agar kita diprioritaskan untuk dapat vaksin karena kita melayani,” terang Wimboh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya