SOLOPOS.COM - Personel Boomerang saat menggelar pentas di Dusun Pentingsari, Wukirsari Cangkringan, Sabtu (10/5/2014). (JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, SLEMAN—Grup Band Boomerang merayakan ulang tahun dua dekade di kawasan lereng Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Pentingsari, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Sabtu (10/5/2014) malam.

Dalam perhelatan itu, Boomerang sekaligus merilis album yang kesepuluh, dihadiri ratusan boomers, sebutan para fans Boomerang se-Indonesia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Promo Media PT Rajawali Megah Vision (RMV) yang menjadi label Boomerang, Dedi Swd menjelaskan, sudah menjadi tradisi bagi Boomerang bersama para Boomers merayakan ulang tahun termasuk yang ke-20 kali ini.

Ekspedisi Mudik 2024

Kawasan lereng Gunung Merapi sengaja dipilih karena sesuai kesepakatan dari seluruh Boomers di Indonesia. “Di sini kami juga menggelar kegiatan sosial seperti menanam pohon di sekitar lereng Merapi,” terangnya saat ditemui, Sabtu (10/5/2014).

Dedi menambahkan di hadapan para penggemarnya, Boomerang merilis album yang ke sepuluh dengan tajuk Harmoni Tidak Seragam.

Perayaan tahun ini mengusung tema Selaras Dalam Harmoni Presisi yang diharapkan dapat menjadi momentum untuk terus menguatkan tali silaturahmi seluruh Boomers Indonesia sekaligus menunjukkan bahwa Boomers Indonesia merupakan salah satu komunitas yang masih tetap eksis dengan semangat dan solidaritasnya.

Dalam perayaan ulang tahun kali ini, Boomerang juga memperkenalkan album baru mereka yang berjudul Harmoni Tidak Seragam dengan formasi Hubert Hendry Limahulu (bass), Farid Badjeber (drum), Tommy Maranua (gitar) dan Andy Babas (vokal).

“Harmoni Tidak Seragam merupakan tema yang sangat mendalam, perbedaan itu sangat indah. Apapun warnanya, apapun keyakinannya, berbeda-beda tetapi tetap satu membuat kita semakin kuat,” ujar Henry.

Henry menambahkan, penggarapan lagu dilakukan hampir setahun dengan proses jarak jauh. Karena keempat personel Boomerang tinggal di beda kota. Mereka mengerjakannya dengan memanfaatkan perkembangan teknologi.

“Jadi kalau saya ada ide, saya sampai ke Babas, Faried, Tomy dibahas jarak jauh juga. Begitu ketemu langsung jadi,” ujar pria yang tinggal di Manado sejak 2011 ini.

Terkait isi pesan dalam lagu, Menurut Faried lebih banyak pada pesan sosial. Seperti lagu berjudul Ekologi, berusaha mengingatkan pada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan melakukan peremajaan pohon. Tetapi kritik politik juga ada dalam lagu berjudul Pin Pin Bo atau pintar-pinta bodoh.
“Mengingatkan pada politik, terutama pengamat politik. Karena kadang kalimatnya atau idenya tidak murni, karena dibayar salah satu pihak. Jadi kebanyaknya orang ngomongnya itu berdasarkan kepentingan,” kata drummer Boomerang ini.

Acara yang digelar meski terlihat sederhana, namun sangat meriah. Para Boomers dari berbagai daerah berkesempatan menampilkan performanya di atas panggung menyanyikan lagu-lagu Boomerang. Mereka juga ber-jamming ria dengan para personel Boomerang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya