SOLOPOS.COM - Warga melintas didepan restoran Burger King pasca penyerangan teroris di pos polisi dan sejumlah gedung di Sarinah Thamrin Jakarta, Jumat (15/1/2016). Serangan teroris pada Kamis (14/1/2016) tersebut mengakibatkan beberap tempat dan kendaraan mengalami rusak berat . (JIBI/Solopos/Antara/Muhammad Adimaja)

Bom Sarinah Thamrin sempat diisukan hanya untuk menutupi isu perpanjangan kontrak Freeport. Namun itu dibantah.

Solopos.com, DEPOK — Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai membantah apabila setiap peristiwa terorisme merupakan konspirasi untuk menutup sebuah isu tertentu.

Promosi Simak! 5 Tips Cerdas Sambut Mudik dan Lebaran Tahun Ini

Dia mencontohkan bom Sarinah Thamrin Jakarta beberapa waktu lalu disebut-sebut untuk menutupi isu perpanjangan kontak Freeport seperti yang beredar di tengah masyarakat.

“Kecurigaan tersebut tidak berdasar. Kami tegaskan adanya terorisme itu bukan akal-akalan atau buatan pemerintah,” katanya di sela diskusi bertajuk Penegakan Hukum Setelah Reformasi: Paradoks Penegakan Hukum dalam Penanganan Terorisme antara Perlindungan HAM dan Perlindungan Warga Negara di UI, Kamis (18/2/2016).

Namun dia mengakui bahwa terorisme berkaitan dengan kondisi politik suatu negara termasuk Indonesia. Terorisme, kata terjadi karena adanya radikalisme yang mengatasnamakan agama.

Lebih lanjut dia menuturkan pemahaman umum internasional maupun dalam berbagai forum, terorisme adalah kekerasan yang bersumber dari motivasi politik atau ideologi yang bersumber dari paham radikal keagamaan.

Dia juga membantah, tujuan adanya isu darurat terorisme di Indonesia untuk memanfaatkan anggaran pada lembaga tertentu. Isu itu juga menyebut pemerintah akan menggelentorkan anggaran untuk menanggulangi terorisme tersebut.

Padahal, kata dia, tujuan terorisme di antaranya adalah mendirikan negara Islam dan menegakkan syariat islam. “Terorisme adalah anak kandung dari paham radikalisme, radikalisme yang mengatasnamakan islam. Banyak jaringan terror yang berbeda namun semua berasaskan tujuan awal yang sama,” katanya.

Di sisi lain, dia menyebutkan bahwa teroris yang tertangkap dan dipenjarakan memiliki kewibawaan cukup tinggi ketika berada di tahanan. Dia memberi contoh tak sedikit para teroris yang berada di penjara kerap menjadi imam salat dengan memakmumi para pejabat di rumah tahanan tersebut.

“Bahkan pernah terjadi kepala lapas mencium tangan teroris ketika beres menjadi imam. Jadi ada juga teroris yang berwibawa,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya