Soloraya
Selasa, 7 Mei 2024 - 16:15 WIB

Dokter Hewan DKP3 Sragen Sebut Kasus Kematian Sapi Jurangjero Positif PMK

Redaksi Solopos.com  /  Astrid Prihatini WD  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang dokter hewan DKP3 Sragen Suprapto menyemprotkan cairan obat luka pada kaki ternak sapi milik warga di Dukuh Purwosari, Desa Jurangjero, Karangmalang, Sragen, Selasa (7/5/2024). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN—Tim dokter hewan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Sragen bergerak cepat terjun langsung ke masyarakat untuk penanganan kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) yang merebak di Sragen menjelang Iduladha.

Tim dokter hewan DKP3 menyatakan kasus kematian belasan ekor sapi dan sejumlah sapi sakit di Dukuh Purwosari, Desa Jurangjero, Kecamatan Karangmalang, Sragen, positif PMK berdasarkan gejala klinis yang tampak.

Advertisement

Tim dokter hewan DKP3 Sragen yang dikoordinasi Petugas Medic Veteriner DKP3 Sragen drh. Ana Margaretha terjun langsung ke Dukuh Purwosari, Desa Jurangjero, Karangmalang, Sragen, Selasa (7/5/2024). Ana mengecek langsung ke lokasi sebagai langkah cepat penanganan setelah mendapatkan laporan kematian sapi di dukuh setempat pada Senin (6/5/2024) siang.

“Setelah dapat laporan, kami langsung gerak cepat. Kami survei ke lokasi ternak yang sakit. Kami langsung mengobati ternak yang sakit dengan menggunakan salep luka dan disinfektan kepada peternak serta menyuntikkan vitamin untuk meningkatkan imunitas tubuh ternak,” jelas Ana saat ditemui wartawan di sela-sela pengobatan ternak, Selasa siang.

Advertisement

“Setelah dapat laporan, kami langsung gerak cepat. Kami survei ke lokasi ternak yang sakit. Kami langsung mengobati ternak yang sakit dengan menggunakan salep luka dan disinfektan kepada peternak serta menyuntikkan vitamin untuk meningkatkan imunitas tubuh ternak,” jelas Ana saat ditemui wartawan di sela-sela pengobatan ternak, Selasa siang.

Dia mengatakan secara umum kondisi ternak yang sakit sudah cukup membaik setelah diobati. Dia menyarankan pengobatan masih perlu beberapa kali pengulangan agar penyakit PMK benar-benar sembuh. Dia melihat dari gejala  klinis yang tampak penyakit dan kasus kematian di Dukuh Purwosari, Desa Jurangjero, Karangmalang, Sragen, itu positif PMK.

“PMK ini disebabkan karena virus. Jadi penyebarannya lebih cepat. Untuk virus bisa ditularkan lewat kontak langsung, atau pun peralatan yang terinfeksi, dan juga bisa lewat perantara manusia. Orang yang keluar masuk kandang berpotensi menularkan virus PMK sehingga orang dari kandang tertular dilarang masuk ke kandang sehat,” jelasnya.

Advertisement

“Ternak yang sudah kena banyak. Saya kira kasus yang sama juga ditemukan di kecamatan lainnya. Seperti di Masaran itu juga pernah ada kasus kematian sapi yang diduga karena PMK tetapi diketahui setelah dua pekan sehingga tidak memungkinkan mengambil sampel,” jelas Ana.

Ana menerangkan informasi yang masuk sementara se-Sragen ada 20-30 ternak yang positif terkena penyakit PMK. Khusus di wilayah Dukuh Purwosari, Jurangjero, ujar dia, laporan yang masuk ke DKP3 Sragen ada delapan ekor yang mati karena dipotong paksa.  Sementara data yang dihimpun dari para peternak ada 14 ekor sapi yang mati, baik disembelih maupun dikubur. “Inventarisasi laporan kasus ternak sakit dan ternak mati karena PMK dilakukan setiap hari. Jadi kami akan menyusun laporan harian,” jelasnya.

Ana mengaku tim paramedis kesehatan hewan dan dokter hewan sudah mengambil sampel yang nanti dikirim ke laboratorium. Dia menyebut sampel yang diambil berupa lendir pada mulut sapi dan sampel lainnya di kandang ternak. Dia mengimbau pemberian salep itu dilakukan setelah luka sapi dibersihkan.

Advertisement

Dia menyarankan salep luka itu dioleskan tipis 2-3 kali sehari. Kemudian untuk penyemprotan disinfektan, ujar dia, sebaiknya dilakukan dengan membersihkan kandang lebih dahulu. Disinfektan yang diberikan DKP3 Sragen boleh digunakan untuk mencuci peralatan kandang sehingga lebih steril dan bisa mencegah penularan.

“Peternak dapat membeli salep dan disinfektan di toko-toko karena DKP3 tidak memungkinkan untuk menyediakan obat itu secara gratis di 20 kecamatan,” katanya.

Seorang peternak sapi di Dukuh Purwosari RT 004, Desa Jurangjero, Sragen, Listiana, 41, mengatakan dari lima ekor sapi yang dimiliki ada satu ekor yang mati yakni sapi anakan yang berumur kurang dari setahun. Dia mengatakan sebelum mati sudah disembelih dan dagingnya dijual ke tukang jagal. Dia mengatakan tinggal empat ekor sapi yang hidup dan sebagian mengalami sakit PMK sejak dua pekan terakhir.

Advertisement

“Kami sudah berupaya memanggil dokter hewan untuk disuntik dan diobati semaksimal mungkin. Ini ada yang sudah sembuh. Lendirnya sembuh tetapi muncul luka pada kaki belakangan, yakni sejak sepekan terakhir. Keempat ekor itu kakinya sakit semua tetapi masih doyan makan,” ujarnya.

Dia mengaku selama lima tahun beternak sapi, baru kali pertama, ada kasus PMK yang menjangkiti ternak sapi hingga mengakibatkan kematian sapi. Dia mengatakan saat ada kasus PMK marak beberapa waktu lalu, sapi di Jurangjero ini aman.

“Ini tidak disangka ternyata muncul PMK lagi. Awalnya hanya dikira pilek biasa ternyata PMK. Kami awalnya beli sapi pada Agustus 2023 lalu,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif