SOLOPOS.COM - Ibrahim Fatwa Wijaya (FOTO/Istimewa)

Ibrahim Fatwa Wijaya (FOTO/Istimewa)

Seorang pria muda bercelana jeans biru berpadu kaus oblong kuning bertuliskan angka 9 menyilakan Espos masuk ke dalam ruangan di sudut bangunan joglo di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Swasta Mandiri Solo, Sabtu (21/4) pagi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Di ruangan itu, foto pria yang sama terpajang di dinding  berderet dengan hiasan kain sulam abu-abu. Berbeda dengan tampilan asli saat menemui Espos, dalam foto berbingkai hitam tersebut pria muda bernama Ibrahim Fatwa Wijaya itu tampil di podium mengenakan toga dan topi lengkap dengan kalung kebesaran khas guru besar ataupun pemimpin perguruan tinggi.

Aktivitas yang terekam dalam foto itu merupakan salah satu kegiatan rutin yang dijalani Ibrahim atau Boim saat memimpin wisuda dan sidang senat terbuka Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Swasta Mandiri.

Sejak 2006 saat usianya 23 tahun, Boim tercatat sebagai pemimpin di perguruan tinggi yang terletak di Jl Tejonoto, Danukusuman, Solo.

Walau masih terbilang muda, ia berhasil membawa gerbong perubahan di kampus yang hanya membuka Jurusan Akuntansi itu. Ia pula yang turut mengantarkan mahasiswanya meraih berbagai penghargaan salah satu yang paling moncer juara II lomba karya ilmiah  Bank Indonesia di bidang Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) mengalahkan tim dari IIUM Malaysia.

“Walaupun kampusnya kecil tapi kami ingin menunjukkan prestasi kami tidak kalah dengan perguruan tinggi ternama. Bahkan dalam lomba SSK BI, kami mengungguli ITB dan IPB. Mereka berada di peringkat IV dan V,” ujarnya.

Semangat juang Boim membesarkan kampus yang dirintis ayahnya, Prof Bambang Setiaji begitu tinggi. Demi bisa dekat dengan mahasiswa sekaligus santri program khusus, ia memilih tinggal di pesantren yang berada satu gedung dengan kampus Swasta Mandiri. Laki-laki kelahiran 17 Juli 1983 ini bahkan  termasuk satu dari banyak pengajar yang  tidak mengambil gajinya dari kampus tersebut. Ia menyadari tidak mudah membesarkan kampus di tengah keterbatasan dari mulai pendanaan, fasilitas hingga SDM.

“Tidak selamanya saya menapaki jalan mulus dalam membesarkan kampus ini. Tapi, setidaknya saya berusaha menjadikan perguruan tinggi yang saya pimpin jauh lebih baik, menembus batas,” ucapnya.

Ekspektasinya begitu besar, ia ingin menghasilkan lulusan berkualitas sekaligus siap mengembangkan ekonomi Islam khususnya melalui akuntansi. Apalagi, krisis keuangan masih terus terjadi. Menurutnya, tidak ada salahnya mencoba menerapkan ekonomi Islam yang lebih melindungi dan mengedepankan kejujuran.

“Dulu kali pertama terjun mengajar saya ingin tahu seperti apa dunia pendidikan. Sekarang saya seperti menemukan kepuasan lain karena di sinilah saya bisa mengaktualisasikan diri. Saya ingat filosofi bapak kalau kamu kerja di dunia pendidikan kamu harus selalu memberi,” katanya.

Peraih gelar MSc dari University of Birmingham, United Kingdom ini tidak begitu saja meraih apa yang kini digenggamnya.

Jauh sebelum menggeluti bidang akuntansi, ia sempat kuliah di Jurusan Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang. Saat itu ia berpikir, jurusan teknik sesuai dengan cita-cita masa kecilnya yang ingin menjadi pengusaha bus. Rupanya ia keliru lantaran tidak bisa mengikuti perkuliahan di Jurusan Teknik. Nilai kuliahnya anjlok dam banyak dihiasi nilai D dan E.

“Setelah itu saya banting setir mencari kampus lain. Selama satu tahun kuliah, sorenya saya ikut bimbingan belajar dan akhirnya diterima di Akuntansi UGM,” ujarnya sembari tertawa.

Walau banyak teman yang heran terhadap pilihannya, Boim menemukan dunianya. Baginya, akuntansi merupakan ilmu yang sangat penting karena setiap laporan keuangan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.

“Jika laporan keuangan yang dihasilkan tidak bagus dan jujur ujungnya akan salah dalam pengambilan keputusan. Akuntansi juga bisa masuk ke semua sektor,” kata Sekretaris Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Solo ini.

Dari akuntansi pula, ia menemukan jalan meraih beasiswa mahasiswa Price Waterhouse Coopers (PWC) dan studi S2 di luar negeri.

“Selain di STIE Swasta Mandiri, saya mengajar di Diploma Akuntansi UNS. Sampai saat ini saya masih ingin terus berada di dunia pendidikan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya