Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Tim penyelidik kemungkinan akan memperluas pemeriksaan pada perangkat lain di pesawat penumpang terbaru dan tercanggih Boeing itu, setelah tidak bisa menentukan apakah gangguan reaksi kimia pada baterai atau masalah kelistrikan yang menyebabkan masalah teknis itu. Seluruh armada Boeing 787 yang sudah dioperasikan sejumlah maskapai penerbangan di dunia saat ini terpaksa dilarang beroperasi akibat dua insiden serius yang terkait dengan baterai lithium-ion yang dipakai pesawat tersebut. Dua insiden paling serius yang melibatkan baterai itu adalah kebakaran pada sebuah pesawat Japan Airlines yang tengah parkir di sebuah bandara di AS dan gangguan baterai yang memicu alarm kebakaran di pesawat Al Nippon Airways yang akhirnya terpaksa mendarat darurat.
Ketua Japan Transport Safety Board (JTSB), Norihiro Goto dalam jumpa pers di Tokyo, Selasa (5/2/2013) menyatakan pula pemeriksaan dengan CT Scan menunjukkan bahwa enam dari delapan sel aki di pesawat Dreamliner milik ANA rusak berat dan sudah berubah bentuk.
Senin kemarin, Boeing meminta izin kepada badan penerbangan federal AS, FAA, untuk melakukan uji terbang karena merasa sudah membuat kemajuan dalam menentukan apa masalah yang terjadi. Goto menyatakan Boeing belum meminta izin kepada mereka untuk itu dan dia mengaku tak tahu apakah Boeing sudah menemukan petunjuk terkait masalah pada baterai itu.
ANA adalah launch customer atau perusahaan mitra peluncuran Dreamliner. Maskapai ini menjadi operator terbesar Dreamliner dengan 17 pesawat. Bersama maskapai nasional JAL yang memiliki tujuh pesawat, Jepang menjadi negeri yang paling banyak mengoperasikan Dreamliner yaitu hampir separuh dari 50 pesawat yang sejauh ini sudah diproduksi dan diserahkan.
ANA pekan lalu menyatakan sudah mencatat kerugian sebesar sekitar US$15 juta sebagai akibat penghentian operasi Dreamliner. JAL juga mengaku sudah merugi US$7,6 juta. Kedua maskapai menyatakan mereka akan membicarakan kompensasi atas kerugian itu dengan Boeing.