Solopos.com, JAKARTA -- Terpilihnya Letjen TNI Dr dr Terawan Agus Putranto, SpRad(K), sebagai Menteri Kesehatan di Kabinet Jokowi-Maruf Amin, mengingatkan publik pada kontroversi metode cuci otak yang dipersoalkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Kini, IDI meminta masalah itu tak lagi diungkit.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) periode 2018-2021, dr. Daeng M Faqih, S.H, M.H, menanggapi kontroversi pengangkatan dr. Terawan sebagai Menteri Kesehatan.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
"Kami sangat menghormati dan sangat menghargai keputusan Presiden. Kita menghormati, nggak masalah," kata Daeng M Faqih saat ditemui media di kantor PB IDI, Jakarta Pusat, Kamis (24/10/2019), dilansir Suara.com.
Sebelumnya, diketahui sebuah surat berkop Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia bocor ke publik. Isi surat tersebut adalah rekomendasi dari MKEK IDI agar presiden urung mengangkat dr. Terawan sebagai Menteri Kesehatan.
Jenazah Berpakaian Pengantin Bawa Boneka Di Bong Mojo Solo Bikin Merinding
Menurut dr. Daeng, surat tersebut adalah "urusan internal" yang tak perlu lagi dipersoalkan. "Jadi Pak Terawan ini salah satu anggota IDI. Jadi janganlah (diungkit). Makanya saya bilang, janganlah persoalkan masalah di belakang," tambahnya.
Ke depan, IDI berharap dapat melakukan kolaborasi dengan Kementerian Kesehatan di bawah kepemimpinan dr. Terawan.
Prabowo Subianto Jadi Menhan, Kabinet Jokowi Dapat Nilai E
"Di negara ini banyak persoalan terkait pelayanan kesehatan, jadi sekarang yang dibutuhkan ke depan itu kolaborasi. Semua stakeholder, Kementerian Kesehatan, lembaga lain yang terkait kolaborasi, kalau mau menyelesaikan masalah yang besar, satu kata kunci, kolaborasi," tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, oleh Solopos.com, Dokter Terawan merupakan dokter dengan status sebagai anggota TNI Angkatan Darat. Terawan sangat populer dengan temuannya berupa metode Digital Subtraction Angiogram (DSA) atau terapi cuci otak yang juga diterapkan kepada sejumlah tokoh nasional sebagai pasiennya.
Tatapan Tajam Jokowi Saat Adian Napitupulu Tolak Jadi Menteri
Metode itu sempat menjadi polemik di kalangan kedokteran Indonesia. Pasalnya, metode temuannya tersebut dianggap belum melalui uji klinis di Kementerian Kesehatan. Puncaknya, dr Terawan dituding melakukan pelanggaran etik yang membuat Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) IDI merekomendasikan pemecatan sementara dr Terawan dari keanggotaan IDI.
Projo Kecewa: Anggap Prabowo Rival, Wishnutama & Nadiem Tak Berkeringat
Namun, sejumlah tokoh nasional yang pernah menjadi pasien Terawan menyayangkan keputusan MKEK IDI tersebut. PB IDI pun akhirnya menunda putusan atas rekomendasi MKEK tersebut dengan alasan terlalu banyaknya opini di luar ranah kedokteran mengenai putusan MKEK tersebut.