Solopos.com, SRAGEN — Bocah SMP di Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, yang baru saja melahirkan bayi laki-laki adalah korban kekerasan seksual berupa pencabulan. Bocah malang itu menyebut pelaku yang menghamilinya hingga melahirkan adalah pamannya.
Hal tersebut disampaikan Y, tetangga korban yang ikut mendampingi keluarga melaporkan kasus itu ke Polres Sragen.
Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian
Namun, paman korban membantah pengakuan itu. Bahkan, paman korban menyatakan siap apabila harus melakukan tes DNA.
“Kalau dari kecurigaan warga ada tertuduh lainnya yang dekat dengan korban. Anaknya ini tertutup sejak ada kasus itu,” kata Y kepada Solopos.com, Selasa (14/6/2022).
Y menambahkan, sejak kasus pencabulan itu terkuak, korban yang masih berstatus siswa SMP di Sragen itu pun menjadi sangat tertutup. Dia dan pihak keluarga pun mendukung agar kasus ini segera diusut,” sambung Y.
Baca juga: 5 Fakta Bocah SMP Sragen Dicabuli – Melahirkan: Pelaku Paman Korban?
Menurutnya, sejak sang ayah meninggal, korban tinggal bersama kakeknya. Kemudian korban tinggal bersama ibu dan ayah tirinya di desa tersebut.
“Sejak bapaknya meninggal, anak itu ikut kakeknya di desa sebelah. Anak itu baru ikut ibu dan bapak tiri di sini antara 2-3 tahun terakhir,” imbuh Y.
3 Terduga Pelaku
Kasus pencabulan itu pun sudah dilaporkan ke Polres Sragen dan saat ini tengah diselidiki. Bahkan, laporan terkait kasus tersebut telah sampai ke telinga Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati.
Yuni, sapaan akrab Bupati Sragen, menyebut ada tiga orang yang tertuduh sebagai pelaku pencabulan terhadap bocah SMP itu. Dia merasa heran terjadi kasus seperti itu di wilayahnya.
“Kami mau tes DNA terhadap korban dan para tertuduh ini untuk mengetahui bapaknya yang mana. Tes DNA itu memang mahal, tetapi tetap diupayakan. Saya heran kok ada kasus seperti itu,” ujar Bupati saat ditemui Solopos.com di sela-sela kunjungan ke RSUD Sukowati Tangen Sragen, Selasa siang.
Baca juga: Prakiraan Cuaca Sragen Hari Ini: Masih Berawan dengan Suhu Lebih Dingin
Sementara itu, Kepala DP2KBP3A Sragen, Udayanti Proborini, mengaku mendapat laporan kasus kekerasan seksual terhadap bocah SMP itu dari camat setempat.
Dia menyebut korban bersikukuh pelaku pencabulan adalah pamannya. Namun, sampai saat ini belum ada saksi yang menguatkan pengakuan itu.
“Korban kukuh [pelakunya]. Satu orang yang masih pamannya. Saat itu memang tidak ada saksi yang menguatkan kalau pamannya pelakunya. Terduga sendiri juga kukuh tidak mengakui dan siap dilakukan tes DNA. Dari sini, saya kira akan dikembangkan polisi,” ujar Udayanti didampingi anggota staf Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Diah Nursari.