SOLOPOS.COM - Ilustrasi es krim. (Freepik)

Solopos.com, MADRID — Seorang gadis kecil berusia sembilan tahun di Inggris dilaporkan meninggal dunia usai memakan satu jilalatan es krim ketika berlibur bersama keluarganya di Spanyol.

Melansir Mirror, Kamis (28/1/2021), gadis kecil bernama Habiba Chishti dilarikan ke rumah sakit setelah dia mengalami syok anafilaksis setelah makan es. Gadis itu tiba-tiba pingsan saat berlibur bersama keluarganya pada 16 Febuari 2019 lalu.

Promosi BRI Siapkan Uang Tunai Rp34 Triliun pada Periode Libur Lebaran 2024

Baca Juga: Asale Dusun Kembar Slogohimo, Surganya Kuliner Tradisional Wonogiri

Ayah Habiba, dr Wajid Azam Chishti, mengatakan kepada pengadilan bahwa ia membelikan es krim dengan saus cokelat saat itu. Habiba memang mengidap alergi parah terhadap telur dan kacang-kacangan serta asma. Tetapi, gadis kecil itu masih bisa menikmati produk susu seperti es krim.

Sebelumnya, dr Chishti telah bertanya kepada penjual es krim sebanyak tiga kali untuk memastikan es krim yang dibelinya itu tidak mengandung kacang.

Namun malam harinya, Habiba pingsan di kamar hotel. Dia kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Malaga dengan ambulans, tetapi dokter tidak dapat menyelamatkan hidupnya.

Dua hari setelah kematiannya, hasil autopsi menyebutkan Habiba mengonsumsi dosis kacang yang tinggi. Terdapat kacang tanah, almond, hazelnut, kacang mete, dan pistachio dalam sistem tubuhnya, sehingga menyebabkan otaknya kekurangan oksigen.

Baca Juga: Banyak Temuan Ular di Mojosongo Solo, Ini Penyebabnya

Tak Enak Badan

Dr Chrishti mengaku tidak melihat ada gejala syok anafilaksis pada Habiba sebelumnya. Saat itu, dia mengira Habiba tidak enak badan karena asmanya mulai kambuh. Sehingga memutuskan untuk kembali ke hotel untuk mendapatkan obat inhaler miliknya.

Sang ayah yang merupakan dokter National Health Service (NHS) terpukul karena kehilangan putrinya. Ia menyesal karena tidak bisa menyelamatkan sang anak meski sudah menjalani berbagai pelatihan mengantisipasi alergi tersebut.

Konsultan Ahli Patologi Anak Rumah Sakit Anak Sheffield, Profesor Marta Cohen, menjelaskan satu jilatan sudah cukup membuat alergi menjadi mematikan.

Baca Juga: Mau Dilombakan, Burung Rp7 Juta Raib Digondol Maling di Klaten

“Saya mengambil jaringan yang menunjukkan bukti pembengkakan di otak. Sebelum meninggal, dia mengalami kekurangan asupan oksigen ke otak. Oksigen tidak bisa melewati paru-paru dan aliran darah ke otaknya. Dia kekurangan oksigen. Es krim yang mengandung satu atau lebih alergen dapat mengembangkan syok anafilaksis,” kata Profesor Marta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya