SOLOPOS.COM - Zanzabila (tengah, biru) didampingi kedua orang tuanya dan relawan SABER, berangkat ke RSCM untuk perawatan jantung, Sabtu (2/4/2022). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO – Seorang bocah asal Menuran, Baki, Sukoharjo, Jawa Tengah, berusia 2 tahun 8 bulan yang menderita Tetralogy of Fallot atau kelainan jantung. Bocah bernama Zanzabila itu di rujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Sabtu (2/4/2022) menggandeng ambulans gratis karena minim dana.

Orang tua pasien, Wiwik Widianingsih, 41, mengatakan putri mungilnya menderita Tetralogy of Fallot atau kombinasi dari empat kelainan jantung bawaan yang terjadi pada bayi baru lahir. Hal tersebut diungkapkannya, saat berbincang dengan Solopos.com dirumahnya, Sabtu (2/4/2022).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sejak awal lahir normal, berat badannya 2,6 kg. Tapi ketika lahir warna kuku dan lainnya sudah biru, jadi harus dirawat di [ruang] PICU [Pediatric Intensive Care Unit], selama tiga hari, setelah itu berat badan justru menurun jadj 1,8 kg,” jelasnya.

Baca juga: Data Diperbarui, 3.200 KPM di Sukoharjo Tak Layak Terima Bansos

Ekspedisi Mudik 2024

Menurutnya, karena tak ada perubahan pada saat perawatan pascalahir dan rumah sakit awal tidak memiliki peralatan yang cukup, maka bocah mungil yang kala itu berusia tiga hari harus di rujuk ke Rumah Sakit Dr. Moewardi Solo (RSDM).

Lebih lanjut, kata dia, selama dirawat di RSDM berat badan Zanzabila naik menjadi 2,3 kg. Setelah enam hari dirawat dengan menggunakan BPJS mandiri, Zanzabila diperbolehkan pulang dengan catatan orang tuanya mampu merawat dan menyediakan oksigen dan oksimeter di rumah.

Setelah rawat jalan di rumah hingga usia 2,5 tahun lebih, bocah Sukoharjo yang mengalami kelainan jantung itu akhirnya diperbolehkan melakukan operasi perbaikan jantung di RSCM. Dia menghubungi Relawan SABER (Sedekah Berjamaah) sebagai pemilik ambulans gratis untuk diantarkan ke RSCM.

Baca juga: Ganas, Pencuri Gasak 3 Motor Sekaligus di Indekos di Baki Sukoharjo

Ekonomi Keluarga

Demi merawat putrinya, Wiwik memilih berhenti dari pekerjaannya berjualan es buah. Tumpuan ekonominya kini hanya di topang sang suami yang bekerja sebagai buruh bangunan. Padahal kebutuhan untuk pengobatan tidak murah. Ditambah iuran BPJS yang harus dia bayarkan setiap bulannya agar sang putri bisa berobat.

“Sekali wira-wiri bisa Rp4 jutaan. Dulu saya [pemasukan] utamanya, sekarang hanya ayahnya saja itu pun kadang ada kadang tidak. Biasanya dibantu neneknya [untuk biaya operasional pengobatan],” katanya.

Wiwik mengaku keluarganya tak memiliki riwayat sakit jantung. Bahkan ketika hamil dia rutin melakukan pemeriksaan ke dokter. Dia tidak menyangka nasib kurang baik berpihak pada putri keduanya itu.

“Pas pemeriksaan [kandungan, trimester] terakhir itu di kasih tahu kalau berat badan bayi kurang, kemungkinan karena itu. Tapi itu sudah di ujung mau lahiran. Kalau sekarang anaknya tumbuh normal, hanya saja bisa dibilang gizi buruk karena pertumbuhannya lambat,” katanya.

Baca juga: Sudah Boleh Salat Tarawih Berjamaah? Begini Kata Bupati Sukoharjo

Menurutnya, bocah yang baru bisa berjalan di uia 2 tahun 2 bulan itu cukup cerdas dan mampu melakukan aktivitas seperti biasa. Hanya saja ketika lelah, putri mungilnya yang belum genap tiga tahun itu meminta istirahat terutama saat napasnya memberat.

Ayah Zanzabila, Toto Suprapto, mengaku pihaknya tetap akan mengantarkan sang buah hati pergi berobat ke Ibu Kota, meskipun dia tak tahu akan mendapat biaya operasional dari mana.

“Rumah singgahnya ikut KKJB [Keluarga Kelainan Jantung Bawaan], katanya sudah disediakan beras tinggal iuran setiap minggu Rp100.000-Rp150.000 untuk membeli lauk, sisanya [operasional lainnya] belum tahu,” jelasnya ketika akan berangkat ke RSCM, Sabtu.

Dia mengatakan rumah singgah yang akan ditempatinya cukup dekat dengan RSCM, sehingga kebutuhan transportasi kemungkinan tidak begitu banyak. Sedangkan kemungkinan pengobatan untuk bocah Sukoharjo yang mengalami kelainan jantung di RSCM biasanya membutuhkan waktu sekitar satu bulan untuk penyembuhan pascaoperasi.

Dia hanya berharap dilancarkan segala urusannya di sana, terlebih sang buah hati mendapatkan perawatan terbaik sehingga jantungnya menjadi normal seperti anak pada umumnya.

Baca juga: Ahli Waris Penerima Santunan Kematian Sukoharjo Wajib Vaksin Booster

Sukarelawan SABER

Pendiri SABER, Wirawan Setiadi, mengaku mendapat kabar diminta mengatarkan ke Jakarta pada Rabu (30/3/2022) ketika sang ibu pasien menghubunginya setelah mendapat rekomendasi dari dokter.

“Ambulans gratis, kami antar sampai ke tujuan, nanti ketika penjemputan juga akan kami jemput gratis. Kami juga berkoordinasi dengan relawan ambulans yang lain, karena kalau penggalangan dana sendiri waktunya mepet juga tidak mungkin,” jelasnya saat berbincang dengan wartawan sebelum mengantarkan ke RSCM.

Wirawan mengatakan pihaknya telah menghubungi Dinas Sosial Kabupaten Sukoharjo untuk membantu proses perubahan BPJS Mandiri menjadi BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran) untuk meringankan pengeluaran keluarga pasien. Dia berharap tidak ada pasien yang terlantar dalam kondisi apapun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya