SOLOPOS.COM - Pengunjung Candi Borobudur sebelum pandemi Covid-19. (ANTARA/Heru Suyitno)

Solopos.com, JOGJA— Badan Otorita Borobudur (BOB) tengah mengembangkan Borobudur Highland, sebuah proyek pariwisata di Perbukitan Menoreh. Lokasinya 12 kilometer ke barat dari Candi Borobudur, Magelang.

Sejauh ini sudah ada sejumlah investor yang tertarik menanamkan modalnya untuk proyek ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Direktur Pemasaran Pariwisata Badan Otorita Borobudur (BOB), Agus Rochiyardi menjelaskan Borobudur Highland ini akan beridiri di dua jenis tanah. Ada yang dapat diubah dan tidak bisa diubah. Yang tidak bisa diubah antara lain hutan pinus yang ada dengan luas 259 hektar.

Sementara hutan pinus dnegan luasan 50 hektar dapat diubah dan dibuka untuk investor masuk. Kawasan hutan pinus yang bisa diubah ini telah dibagi dalam dua poligon. Untuk bisa mengubah hutan pinus tersebut, BOB sudah memenuhi sejumlah syarat, seperti penggantian dua kali lipat lahan hutan yang digunakan.

“Sudah ada [investor] yang mau masuk, dan masih terbuka. Dengan jumlah itu [investor yang akan masuk] baru sekitar enam lot dari sekitar 15 lot yang terisi, masih banyak yang bisa diisi. Itu ada yang resort, ada hotel,” ujar Agus, Rabu (17/3/2021).

Baca juga: Separuh Borobudur Marathon 2020 Digelar Virtual, Bagaimana Gregetnya?

Untuk pembangunan di kawasan tersebut dikatakan perlu infrastruktur dasar. Sehingga, dibuat public expose format skema Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), untuk pencarian dana guna pembangunan infrastruktur tersebut. Infrastruktur yang dimaksud antara lain jaringan air bersih. Total nilainya untuk pembangunan infrastruktur ini dikatakannya mencapai ratusan miliar rupiah. Saat ini juga untuk KPBU itu masih terbuka.

Eco Tourism

Agus menekankan untuk para investor yang masuk ini harus sejalan dengan BOB yang telah memiliki visi mengembangkan eco tourism, pengembangan budaya dan sport tourism. Visi tersebut merupakan masukan dari para ahli, yang menilai ketiga hal tersebut paling cocok untuk dikembangkan.

Dia mencontohkan komitmen untuk tidak mengubah atau merusak lingkungan di 259 hektar yang telah ditetapkan itu, seperti saat mengembangkan Glamping De Loano yang tidak melakukan penebangan. Dengan begitu justru menjadi daya tarik tersendiri. Selain juga yang telah dibangun saat ini amphitheater dan track downhill.

Dalam pengembangan wilayah ini Agus mengatakan, pihak BOB berkomitmen untuk turut melibatkan masyarakat sekitar, guna menggeliatkan perekonomian. Seperti masyarakat di kawasan Purworejo, Kulonprogo, dan Magelang.

Baca juga: Kuota Pengunjung Candi Borobudur Tetap 2.500 Orang

Pengembangan kawasan ini juga mendorong quality tourism. Wisata yang memiliki daya saing dan memiliki DNA kearifan lokal. Hal itu yang menjadi penguat, karena saat ini Agus melihat banyak objek wisata yang seakan latah, membuat destinasi wisata yang sebenarnya tidak berdasar kekhasan atau potensi daerah itu. Quality tourism ini akan mendorong length of stay wisatawan dan akhirnya mendorong spending money wisatawan.

“Harapan mampu menggeliatkan perekonomian masyarakat sekitar, PAD Pemkab setempat meningkat. Kemudian berharap masyarakat itu semakin memiliki kualitas di bidang wisata. Adanya pengembangan ini dapat menyelesaikan permasalahan yang ada di Borobudur [pengunjung yang melebihi kapasitas peruntukannya],” ujarnya.

Wisata Penyangga

Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, Bobby Ardianto Setyo Aji mengatakan pengembangan Borobudur Highland ini memang penting. Borobudur Highland ini menjadi destinasi wisata penyangga dari Borobudur. “Kenapa Borobudur sendiri sampai hari ini belum bisa memberi dampak pengembangan signifikan, karena penyangga di kawasan Borobudur masih dengan konsep masing-masing,” ujar Bobby.

Baca juga: Wow! Cantiknya Candi Borobudur saat Sunrise dari Punthuk Setumbu

Dia mengatakan dengan integrasi yang baik secara konsep, pengembangan, dan sisi kebijakannya, akan dapat mengembangkan pariwisata yang mengedepankan quality tourism. Sehingga length of stay dapat lebih panjang, karena Ia melihat saat ini untuk DIY dirasa masih rendah untuk lenght of stay.

Bobby mengatakan dalam pengembangan kawasan ini juga harus mempertahankan kearifan lokal. Karena, kearifan lokal tersebutlah yang menjadi nilai yang dapat dijual. Dia juga berharap adanya level koordinasi yang lebih tinggi dalam pengembangan wisata ini. Kedepan diharapkan koordinasi intens antar daerah Kabupaten, Kota dapat berjalan lancar.

“Kita juga tidak boleh lupa Riparda kita, 2025 DIY sebagai salah satu destinasi terkemuka di Asia Tenggara,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya