SOLOPOS.COM - Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan sambutan saat malam penganugerahan Bawaslu Award 2016 di Jakarta, Senin (29/2/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Akbar Nugroho Gumay)

BOAO Forum Tiongkok dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Solopos.com, HAINAN — Pemerintah mengimbau negara-negara di kawasan Asia untuk meningkatkan kerja sama ekonomi, khususnya investasi dan perdagangan bebas demi mengantisipasi perlambatan ekonomi kawasan yang lebih dalam.

Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan komitmen terhadap sejumlah perjanjian perdagangan bebas di Asia harus diperkuat, seperti Asean Economic Community (AEC), Regional Comprehensive Economic Partnership (R-CEP), dan Asean-China Free Trade Agreement (ACFTA).

“Mendorong perdagangan dan investasi merupakan jawaban Asia terhadap perlambatan ekonomi global saat ini,”ujarnya dalam pidato Boao Forum for Asia Annual Conference 2016, di Boao, Hainan, Kamis (24/3/2016).

Menurut Kalla, pandangan nasionalis sempit yang menuntut adanya perlindungan terhadap usaha domestik masing-masing negara harus dihentikan. Perspektif tersebut bisa saja berhasil dalam waktu singkat, namun dia meyakini akan mengalami kegagalan dalam jangka panjang.

Meskipun telah terjadi konektivitas, Kalla menilai Asia masih merupakan benua yang penuh keberagaman. Asia membentang dari Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Timur dan Asia Tenggara. Setiap kawasan memiliki sejarah, karakter dan tantangan yang beragam, kondisi ekonomi dan politikpun mengalami kesenjangan.

Di sektor pembangunan ekonomi, Asia Timur dan Asia Tenggara mengalami kondisi yang lebih baik. Kedua kawasan itu secara konsisten tumbuh lebih cepat daripada kawasan lain di Asia. Pencapaian itu seharusnya dimanfaatkan untuk mengembangkan kerja sama ekonomi dan menjaga stabilitas di kawasan.

Negara-negara di kawasan Asia juga didorong mengembangkan sumber daya yang merata, terutama sektor keuangan. Asian Infrasctructure Investment Bank (AIIB) dan Asian Development Bank (ADB) sebagai lembaga finansial multilateral memfasilitasi kerja sama tersebut.

“Secara paralel, kita perlu mendorong kerja sama bilateral di tingkat negara seperti halnya pada level usaha swasta,”tuturnya.

Kalla menilai ekonomi global telah memasuki sebuah fase baru yang menjadi lebih dinamis dan penuh ketidakpastian. Dalam beberapa tahun terakhir, sebutnya, harga komoditas dan minyak mentah menurun drastis, sementara nilai tukar mata uangpun fluktuatif.

Meski terdapat berbagai stimulus ekonomi, ekonomi global mengalami pelemahan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dan menghadapi tekanan deflasi. Utang publik dan defisit anggaranpun diakui mencapai tahap mengkhawatirkan di banyak negara.

Benua Asia, yang mewakili sekitar 60% populasi global dengan kontribusi mencapai 40% terhadap perekonomian dunia, perlu beradaptasi terhadap situasi baru.

Maka itu, kemampuan negara kawasan untuk menanggapi kondisi saat ini dan mengantisipasi tantangan di masa depan merupakan hal sangat penting untuk mengatasi perlambatan ekonomi global.

Menurut dia, kontraksi ekonomi saat ini seharusnya tak menyurutkan langkah untuk membangun platform kuat demi perkembangan ekonomi berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya