SOLOPOS.COM - Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan sambutan saat malam penganugerahan Bawaslu Award 2016 di Jakarta, Senin (29/2/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Akbar Nugroho Gumay)

BOAO Forum di Tiongkok dijadikan moment Wapres Jusuf Kalla untuk menyuarakan perdamaian di Laut China Selatan.

Solopos.com, HAINAN — Pemerintah mendesak negara-negara yang bersengketa di wilayah Laut China Selatan untuk mengubah potensi konflik menjadi peluang kerja sama demi mempertahankan peran Asia sebagai mesin pertumbuhan ekonomi global.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal itu disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pidato Boao Forum for Asia Annual Conference 2016 di Boao, Hainan, Kamis (24/3/2016). Dengan kehadiran para pimpinan negara, dia menilai forum tersebut merupakan ajang yang tepat untuk menginisiasi proses perdamaian demi keuntungan kawasan.

“Negara-negara harus mampu membuang jauh perbedaan dan mengutamakan tujuan umum untuk mempertahankan peran Asia sebagai mesin pertumbuhan ekonomi global,”tegasnya lantang saat pidato.

Kalla menekankan Indonesia bukan termasuk negara yang bersengketa. Namun, pemerintah menyadari risiko perebutan wilayah teritorial dapat berubah menjadi konflik terbuka yang akan mengganggu stabilitas dan merugikan ekonomi kawasan.

Kalla meyakini kondisi saling menghargai dan menahan diri di antara masing-masing negara bersengketa merupakan kunci untuk menjaga perdamaian dan keamanan di Laut China Selatan.

Menurut dia, Asia harus menjadikan konflik Laut China Selatan sebagai isu prioritas di kawasan. Jika dapat mengelolanya dengan baik, maka Laut China Selatan akan menjadi awal bagi ‘Keajaiban Ekonomi Asia’. Namun sebaliknya jika tak dapat menyelesaikan sengketa, maka akan menjadi rintangan serius bagi perwujudan kesejahteraan di kawasan.

“Kami memahami penyelesaian sengketa wilayah tidaklah mudah, tapi itu tantangan yang bisa diatasi. Kita harus duduk bersama dan menentukan arah baru untuk ekonomi kawasan,”ungkapnya.

Sejarah mengatakan bahwa tak akan ada keberhasilan ekonomi tanpa stabilitas, dan tidak ada stabilitas tanpa perdamaian.

Dalam hal ini, kemampuan untuk mempertahankan perdamaian di kawasan, termasuk di Laut China Selatan, adalah hal yang strategis.

“Laut China Selatan menghubungkan mesin perekonomian yang paling penting di dunia, termasuk ASEAN, Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan,”tuturnya.

Hal itu memungkinkan adanya aliran terhadap lebih dari separuh perdagangan internasional dunia, dengan nominal mencapai lebih dari US$5 triliun setiap tahun. Tak dipungkiri, Laut China Selatan memang diklaim sebagai salah satu jalur dagang paling gemuk di dunia. Selain itu, Laut China Selatan juga kaya akan sumber daya alam.

Tak heran, Tiongkok selama ini mengklaim sebagian besar wilayah tersebut, bahkan melakukan reklamasi untuk pembangunan pulau buatan di wilayah itu. Di sisi lain, Taiwan dan beberapa negara ASEAN, yaitu Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei, mengklaim wilayah yang sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya