SOLOPOS.COM - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irjen Pol Boy Rafli Amar. (Istimewa)

Solopos.com, JAKARTA – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Polisi Boy Rafli Amar mengatakan kelompok ekstremisme yang mengarah pada tindakan terorisme kerap menyalahgunakan internet untuk melakukan propaganda.

“Selain menyalahgunakan internet untuk propaganda, mereka berusaha menyedot pendanaan terorisme yang menargetkan generasi muda,” katanya melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (12/1/2022).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal tersebut disampaikan Kepala BNPT di hadapan 16 perwakilan negara yang hadir dalam Forum Tingkat Tinggi Aqaba Process Regional Asia Tenggara, di antaranya Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Filipina, Kamboja, Jepang, India, Australia, Selandia Baru, Prancis, AS, Inggris, dan Belanda yang diadakan di Bali pada 22-23 November 2022.

Kelompok ekstremisme melakukan rekrutmen dan perencanaan hingga pendanaan tindak pidana terorisme yang menargetkan anak muda bahkan mendorong pelibatan perempuan untuk melakukan aksi teror.

Baca Juga: Kamar Indekos Terduga Teroris di Cemani Sukoharjo Digeledah, Ini Hasilnya

Menurutnya, perlu ada komitmen bersama antara pemerintah, organisasi, entitas internasional, dan perusahaan teknologi dalam menghadapi tantangan tersebut.

“Sangat penting menggunakan pendekatan multidisiplin dengan menguatkan kemitraan dalam mengatasinya,” ujar mantan Kapolda Papua tersebut seperti dikutip Solopos.com dari Antara.

Kerja sama itu, papar dia, tidak hanya antarnegara namun dengan berbagai organisasi internasional, termasuk perusahaan teknologi untuk mengatasi tantangan eksploitasi internet oleh kelompok teroris dan ekstremis berbasis kekerasan.

Baca Juga: Kamar Indekos Terduga Teroris di Cemani Sukoharjo Digeledah, Ini Hasilnya

Selain dihadiri negara-negara sahabat, pertemuan tersebut dihadiri perusahaan teknologi seperti Microsoft, Meta, TikTok, YouTube hingga Google.

Dalam kesempatan itu, seluruh negara yang terlibat sepakat mengenai pentingnya peran Global Internet Forum to Counter Terrorism (GIFCT) dan Christchurch Call to Action yang di antaranya berisi pertukaran informasi, riset, dan praktik terbaik pencegahan radikalisasi melalui internet khususnya di kawasan Asia Tenggara.

Baca Juga: Total 4 Terduga Teroris di Sukoharjo Ditangkap Densus 88, Ini Daftar Lokasinya

Aqaba Process merupakan sebuah inisiatif yang dibuat King Abdullah II dari Kerajaan Yordania pada tahun 2015 untuk mempertemukan perwakilan pejabat pemerintah, praktisi teknologi, dan masyarakat sipil.

Tujuan Aqaba Process meningkatkan koordinasi di tingkat global, bertukar informasi, keahlian dalam upaya penanggulangan terorisme, dan ekstremisme online maupun offline menggunakan pendekatan holistik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya