SOLOPOS.COM - Suhardi Alius (JIBI/Solopos/Antara/Akbar Nugroho Gumay)

BNPT mengawasi ratusan WNI yang diduga bergaung ISIS.

Madiunpos.com, TULUNGAGUNG — Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menengarai ratusan warga negara Indonesia  (WNI) di luar negeri bergabung dalam organisasi Islam radikal, ISIS di Suriah, Timur Tengah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Keberadaan mereka akan terus kami pantau,” kata Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius saat dimintai konfirmasi seusai menghadiri forum silaturahim dan sosialisasi penanggulangan terorisme di salah satu hotel di Kabupaten Tulungagung, Selasa (15/8/2017).

Suhardi mengatakan BNPT aktif berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri guna mengawasi pergerakan WNI di luar negeri, khususnya kawasan Timur Tengah.

Menurut Suhardi, jumlah WNI yang bergabung dengan ISIS di Suriah saat ini diperkirakan masih ratusan orang. Dia menyebut ada 11 WNI anggota ISIS di Suriah yang akhirnya melarikan diri dan kini sudah dipulangkan ke Indonesia.

Namun, Suhardi enggan berkomentar soal penanganan WNI simpatisan ISIS yang kabur dan kini telah kembali ke Tanah Air tersebut.

“Itu nanti saja ya, nanti. Sekarang masalah ini dulu [sosialisasi pencegahan terorisme],” kata dia merujuk forum silaturahim dengan 300 lebih kalangan ulama, warga nahdliyin, dan tokoh masyarakat se-Tulungagung.

Dalam ceramahnya selama kurang lebih satu jam di depan forum ulama dan umaro se-Tulungagung itu, Suhardi Alius menampilkan beberapa data statistik dan grafik tentang aksi teror serta perkembangan gerakan fundamental atau ekstremisme di Indonesia.

Suhardi Alius mengungkap fakta mayoritas jihadis yang dijadikan “pengantin” dalam setiap serangan bom bunuh diri adalah kalangan remaja hingga usia sekitar 30-an tahun karena pada rentang itu adalah fase pembentukan identitas serta karakter pribadi individu.

Salah satu cuplikan rekaman pelaku bom bunuh diri Hotel JW Marriot di Jakarta, sepekan sebelum aksi bunuh diri mengatasnamakan agama juga sempat ditunjukkan di mana pelaku yang masih belia menyebut rencana serangan bunuh diri yang dilakukannya bukanlah bunuh diri melainkan kewajiban dan perintah agama.

“Kalau Anda lihat cuplikan tadi bisa dilihat betapa pelaku yang tewas bersama serangan bom bunuh diri pada 2011 itu tidak tampak wajah takut, stres apalagi menyesal. Ini hasil cuci otak oleh kelompok-kelompok ekstremis dengan memanfaatkan kalangan remaja yang dianggap mudah disusupi faham radikal,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya