SOLOPOS.COM - Truk melintasi banjir rob di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Selasa (7/12/2021). Akibat banjir rob di pelabuhan tersebut sejumlah aktivitas bongkar muat barang menjadi terhenti. (Antara)

Solopos.com, JAKARTA — Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawarti menyampaikan analisis potensi banjir pesisir atau rob pada 8-10 Desember di sejumlah wilayah Indonesia.

Dwikorita mengatakan potensi rob selain dari kondisi cuaca juga karena gelombang tinggi dan kecepatan angin. Serta bersamaan dengan fase bulan baru dan kondisi Perigee. Yaitu kondisi di mana posisi bulan berada pada jarak terdekat dengan planet bumi. Sehingga gravitasi bulan terhadap permukaan air di samudra di laut menjadi semakin meningkat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Berpotensi terjadinya peningkatan ketinggian pasang air laut maksimum yang dapat berpotensi besar mengakibatkan banjir pesisir atau rob,” ujar Dwikorita dalam konferensi pers secara daring diikuti dari Jakarta, Rabu (8/12/2021).

Baca juga: Ahli ITB Jelaskan Penyebab Gunung Semeru Erupsi

Wilayah terdampak di antaranya Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Lampung, Banten, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat. Kemudian Sulawesi Utara, Gorontalo, Ternate, Halmahera, Papua Barat bagian utara, dan Papua bagian utara.

Kondisi tersebut berpotensi terjadi lagi pada tanggal 18- 22 Desember 2021, akibat adanya fenomena fase bulan purnama.

“Jadi beberapa wilayah yang terdampak, kami sampaikan saat ini untuk periode 8-10 Desember 2021. Pada bulan purnama itu akan terulang lagi pada tanggal 18- 22 Desember,” kata Kepala BMKG Dwikorita dikutip dari Antara.

Dwikorita menjelaskan kondisi rob dilatarbelakangi pada bulan Desember dan menjelang Januari-Februari 2022. Di mana intensitas cuaca ekstrem semakin meningkat.

Baca juga: Waspada! Cuaca Ekstrem di Indonesia hingga 9 Desember 2021

Hal tersebut dipengaruhi musim hujan, dan juga ada pengaruh La Nina. Kemudian ada pengaruh dari monsun Asia yang mengakibatkan curah hujan meningkat kondisi ekstrim semakin meningkat.

Hal itu semakin diperparah dengan adanya pola sirkulasi siklonik dan seruak dingin yang aktif di Laut Cina Selatan. Yang memberikan dampak signifikan pada peningkatan tinggi gelombang yang dapat mencapai 4-6 meter di wilayah perairan Natuna. Selain itu kondisi kecepatan angin signifikan berkisar 25 hingga 30 knots.

Kondisi tersebut menyebabkan tinggi gelombang hingga mencapai 4-6 meter. Serta kecepatan angin yang terpantau di Samudra Pasifik Timur Filipina. Juga memberikan dampak terhadap peningkatan tinggi gelombang di wilayah utara Indonesia bagian timur.

“Maka masyarakat dihimbau untuk selalu waspada dan siaga. Untuk mengantisipasi dampak dari gelombang tinggi dan pasang muka air laut tersebut,” ujar Kepala BMKG Dwikorita.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya