SOLOPOS.COM - BMKG di Pacitan. (Detik.com)

Solopos.com, PACITAN — Ada potensi tsunami setinggi 28 meter di Pacitan. Waktu kedatangan diperkirakan 30 menit setelah gempa terjadi. Perkiraan itu disampaikan BMKG dan merupakan skenario terburuk agar siap siaga.

“Itu potensi dan belum tentu terjadi,” ucap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat mendampingi Mensos di Pacitan beberapa waktu lalu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Skenario terburuk sengaja dipilih, lanjut Dwikorita, untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Tak hanya bagi masyarakat namun juga pemangku kepentingan setempat. Pun kejadian tersebut tidak diharapkan, namun upaya mitigasi bencana harus dilakukan.

“Kalau latihannya sudah terburuk, terparah. Kalau terjadinya kurang dari itu diharapkan semakin cekatan, terampil,” katanya.

Baca juga: Bobol Mobil Parkir di Ponorogo, Kaki 2 Pria Sumsel Ini Dibolong Polisi

Dwikorita mengaku sudah melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan di Kota 1001 Gua sejak awal tahun. Itu berkaitan dengan rekomendasi yang dikeluarkan BMKG terkait antisipasi ancaman megathrust tersebut.

Di antara poin rekomendasi tersebut adalah pentingnya penyediaan tempat evakuasi lengkap dengan rambu di sepanjang jalur. Tidak itu saja, BMKG juga menyarankan agar dibangun Tempat Evakuasi Sementara (TES) di area kota. Ini karena jarak permukiman yang jauh dengan perbukitan.

“Maka kalau untuk lari ke tempat yang tinggi itu perlu waktu yang lama. Padahal waktu yang tersisa hanya sekitar 30 menit. Sehingga perlu dibuatkan Tempat Evakuasi Sementara,” tandasnya.

Baca juga: Ada Laporan Warga, BPCB Jatim Lakukan Ekskavasi di Demangan Madiun

Sedangkan untuk warga yang tinggal di pinggir kota, area pengungsian terdekat adalah ke bukit. Hanya saja akses menuju ke perbukitan itu terhalang sungai. Meski ada jembatan, ukurannya relatif kurang memadai.

“Jadi perlu jembatan di sungai itu,” tegas Dwikorita seraya mengimbau agar sering dilakukan latihan (Simulasi) rutin.

Sementara pascaperingatan tersebut, Pemkab Pacitan melakukan sejumlah tindak lanjut. Satu di antaranya menyiapkan Tempat Evakuasi Akhir (TEA) di wilayah Kecamatan Kota. Sedikitnya ada 15 TEA yang dipersiapkan. 10 di antaranya berada di barat Sungai Grindulu, sedangkan 5 sisanya di timur sungai.

“Selama seminggu ini kita sudah mengecek sekitar 15 TEA. Dan ada beberapa TEA yang juga bisa digunakan untuk shelter penyediaan sarana prasarana dan logistik,” papar Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan, Dianitta Agustinawati kepada Detik.com, Sabtu (18/9/2021).

Baca juga: Hujan dan Angin Kencang Robohkan Satu Rumah di Madiun

Menurut Dianitta, peringatan yang dikeluarkan BMKG justru bermakna positif. Apalagi hal itu dibarengi kedatangan mensos yang mengikuti langsung kegiatan simulasi. Hal itu, lanjut Dianitta merupakan wujud perhatian pemerintah kepada warga Pacitan.

Sejak kehadiran kedua pejabat negara itu, Dianitta menyebut banyak elemen masyarakat yang memintanya datang untuk bersosialisasi. Tak hanya dari kelompok masyarakat seperti arisan ibu-ibu, namun juga ormas, dan rumah ibadah.

“Harapan saya pelatihan terkait mitigasi bencana ini rutin dilakukan, bukan hanya insidental saja. Sehingga masyarakat selalu ingat harus melakukan apa saat bencana terjadi,” pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya