SOLOPOS.COM - Lilis Hartono saat mengantre mengambil BLSM (JIBI/Solopos/Istimewa)

Lilis Hartono saat mengantre mengambil BLSM (JIBI/Solopos/Istimewa)

Lilis Hartono saat mengantre mengambil BLSM (JIBI/Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SUKOHARJO — Beragam cara dilakukan warga dalam memrotes distribusi Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Salah satunya yang dilakukan Ketua RT 004/RW 001 Desa Banaran, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Lilis Hartono, 47. Saat pembagian BLSM di Balai Desa Sanggrahan, Senin (15/7/2013), Lilis yang juga terdaftar sebagai penerima BLSM itu bertelanjang dada. Tak hanya itu, di dada Lilis juga ditulis Karena SBY Aku Ngemis.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kehadiran Lilis di kerumunan penerima BLSM itu membuatnya menjadi pusat perhatian. Ia datang bersama tujuh orang warga miskin yang tidak mendapatkan jatah BLSM. Ia berjalan sepanjang sekitar 1 kilometer dari Jl Dieng 18, Talang menuju Kantor Pemerintah Desa Sanggrahan. Ia juga sempat melakukan orasi di tengah-tengah warga yang mengantre.

“Program BLSM ini merupakan kegagalan SBY sebagai presiden. Setiap dua bulan sekali kami disuruh mengemis. Harusnya dia tidak memberikan ikan saja tetapi kail yakni lapangan pekerjaan bagi warga miskin,” ucapnya saat dihubungi Solopos.com, Senin.

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh dan penjual air mineral ini mengaku kesal dengan data penerima BLSM yang tidak tepat. Selaku ketua RT, pihaknya justru menerima BLSM dan Kartu Perlindungan Sosial (KPS) yang menurutnya tidak ia butuhkan. Sementara tujuh orang lain yang lebih berhak di antaranya janda dan duda justru tidak mendapat jatah. Di lingkungan RTnya sendiri ada sembilan rumah tangga sasaran (RTS) yang mendapatkan jatah BLSM.

“Uang yang saya terima ini lalu saya bagikan kepada orang-orang yang seharusnya mendapatkan. Untuk KPS-nya sementara saya simpan di rumah,” jelasnya.

Lilis kembali menyampaikan pemberian dana kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) itu adalah bentuk pembodohan masyarakat. Tidak dipungkiri, kenaikan BBM meningkatkan angka kemiskinan. Tetapi menurutnya, kebijakan yang tepat bukanlah memberikan bantuan uang segar yang justru tak tepat sasaran. Hal itu, lanjutnya, adalah cara mengajari rakyat untuk mengemis.

“Rakyat diajari untuk mengemis, bukannya mendidik untuk mandiri. 15 juta penduduk negeri ini disuruh SBY untuk mengemis. Berebut satu dengan yang lainnya, bertengkar dengan saudara sendiri,” tukasnya.

Usai mengambil jatah BLSM, Lilis langsung membagikan uang itu kepada warga miskin di sekitarnya. Sementara itu, untuk delapan warga lain yang menerima BLSM ia tidak menyuruh untuk membagi rata. Jika warga ikin membagi rata, hal itu seharusnya dilakukan dengan kesadaran dan keikhlasan. Ia tidak mau menyuruh warga lain bersikap seperti dia.

“Untuk warga lain terserah mereka mau memberi kepada yang tidak terdata atau enggak. Di antara warga tidak ada kesepakatan apa-apa,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya