SOLOPOS.COM - Ilustrasi pameran produk properti. (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Bisnis properti di Semarang kembali lesu seiring anjloknya lagi penjualan perumahan setempat.

Semarangpos.com, SEMARANG — Penjuakan produk properti pada pergelaran Semarang Property Expo #9 yang menjadi agenda tahunan pameran produk para pengembang di ibu kota Jawa Tengah kembali anjlok. “Penjualan properti masih belum bagus. Hanya terjual 20 unit,” aku Ketua Panitia Semarang Property Expo Dibya K. Hidayat di Kota Semarang, Jateng, Selasa (21/11/2017).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu diungkapkannya mengevaluasi pergelaran pameran properti tahunan yang sudah berlangsung untuk kali kesembilan dari jadwal 10 kali pameran dalam setahun. Sedikitnya, 13 pengembang turut serta dalam Semarang Property Expo #9, yang dilaksanakan 8-19 November 2017, di Mal Paragon, Kota Semarang, Jateng.

Direktur PT Kini Jaya Indah itu mengakui kian lesunya daya beli pasar terhadap properti yang terjadi sepanjang tahun ini yang terlihat sejak pertengahan penyelenggaraan pameran. Mulai pergelaran Semarang Property Expo #5 dan Semarang Property Expo #6 memang sudah terlihat menurun, kata dia, tetapi tidak serendah pada penyelenggaraan pameran yang kesembilan ini. Sebagai gambaran, pada Semarang Property Expo #5 mampu terjual 64 unit rumah, kemudian pameran keenam terjual 56 unit rumah, dan pada gelaran ketujuh hanya 29 unit yang terjual.

Ia memprediksi anjloknya penjualan properti pada pameran kesembilan itu karena pasar properti yang dijual kelas menengah ke atas dengan kisaran harga di atas Rp1 miliar/unit. Seperti pameran-pameran sebelumnya, ia menargetkan bisa menyentuh penjualan hingga 70 unit pada pameran yang kesembilan meski realisasinya ternyata meleset jauh dari target.

Dibya menjelaskan pangsa pasar properti yang masih cukup “tebal” sekarang ini memang di kategori menengah atau dibawah sedikit dari kelas atas dengan rentang harga Rp300-700 juta/unit. Akan tetapi, ia juga tidak yakin pangsa menengah juga naik karena dalam gelaran pameran sebelumnya juga mencatat penjualan yang tidak begitu menggembirakan.

“Sebabnya apa, terus terang kami belum tahu. Persoalannya, suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) masih stabil, dukungan perbankan juga mudah. Tetapi, masih saja rendah daya beli properti,” katanya.

Disebutkannya, lesunya penjualan properti memang baru terjadi tahun ini, sebab sejak 2014 hingga 2016 masih tinggi daya belinya, sementara periode 2017 mulai dirasakan tidak bertumbuh, bahkan cenderung turun. “Ada something wrong dalam perekonomian yang menyebabkan sektor bisnis, khususnya ritel terkena imbasnya. Masih kami cari tahu. Kalau kami tahu penyebabnya, mudah mengatasinya,” katanya.

Persoalannya, kata dia, sekarang ini berbagai indikator bagus, kata dia, seperti suku bunga bank yang masih stabil sehingga semestinya meningkatkan penjualan properti. “Bisa juga karena pengaruh situasi politik. Sebab. perekonomian kan juga akan terpengaruh secara makro dan bisa juga merembet terus,” katanya.

Maka dari itu, Dibya tidak terlalu optimistis bisa mencapai target pada penyelenggaraan pameran kesepuluh yang menjadi pamungkas Semarang Property Expo tahun ini. “Sampai penyelenggaraan pameran kesembilan ini penjualan kurang lebih baru tercapai 80% dari keseluruhan target sepuluh kali pameran,” katanya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya