SOLOPOS.COM - Ilustrasi buruh bangunan mengaduk semen di proyek pembangunan perumahan (Paulus Tandi Bone/JIBI/Bisnis)

Bisnis properti tahun ini diperkirakan cukup cerah.

Solopos.com, SOLO – Tidak ada orang yang tak ingin memiliki rumah. Hal itu agaknya tidak berlebihan karena secara hukum ekonomi, kebutuhan manusia adalah sandang, pangan dan papan. Papan atau rumah adalah kebutuhan primer yang selayaknya dapat terpenuhi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Namun, perkembangan nilai properti dari waktu ke waktu membuat sebagian orang kesulitan mendapatkan rumah idaman. Tingginya harga rumah atau besarnya bunga yang ditetapkan dalam pelayanan kredit perumahan rakyat (KPR) menjadi momok yang sulit dihindari.

Adanya kebijakan pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang mencanangkan program satu juta rumah membawa angin segar di tengah masyarakat. Kebijakan politik pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mematok bunga KPR rumah bersubsidi hanya lima persen per tahun menjadi rekor nilai bunga terkecil sepanjang zaman berdirinya Republik Indonesia.

Ketua Real Estate Indonesia (REI) Soloraya, Anthony Abadi Hendro P., mengatakan REI optimistis bisnis perumahan pada 2016 akan maju. Mereka menargetkan terjualnya 4.000 rumah bersubsidi di Soloraya.

Hal itu berdasarkan data peluang lahan dan jumlah masyarakat yang membutuhkan rumah. Program pemerintah menurutnya dapat memacu masyarakat untuk segera memiliki rumah.

“Kalau tidak beli sekarang, harga rumah akan naik lagi dan naik lagi. Ini saat tepat membeli rumah. Jangan pernah menunda lagi,” ujarnya kepada Solopos.com, Rabu (9/3/2016).

REI akan menggelar sosialisasi kepada masyarakat melalui FLPP REI Expo yang akan digelar di Solo Grand Mall pada 25 Maret-31 Maret 2016. Mereka mengambil tema “Semua Harus Punya Rumah.”

Ia berharap proses pengurusan izin yang dilakukan pengembang ke pemerintah daerah bisa lancar. Pasalnya, pembangunan rumah bersubsidi adalah program Pemerintah Pusat yang harus didukung pemerintah daerah.

Selain itu, pembangunan perumahan juga menggerakkan sektor riil seperti penambang pasir, produsen batu bata, produsen semen, produsen besi, produsen kaca dan industri turunan seperti mebel.

“Selama ini anggota REI mendapatkan kemudahan dalam mengurus perizinan dll. Badan Pertanahan Nasional (BPN) di Soloraya juga mendukung,” kata dia.

Pimpinan PT. Puri Angkasa Permata, Sunaryo, mengatakan regulasi yang dibuat pemerintah sangat membantu masyarakat yang membutuhkan rumah dan pengembang perumahan murah seperti perusahaannya. Dengan harga Rp116.500.000, masyarakat bisa mendapatkan rumah yang layak mereka huni.

Pemerintah juga memberi stimulan berupa bantuan sarana dan prasarana kepada pengembang yang membangun minimal 100 rumah dalam satu kawasan. Biasanya, setelah pengembang mendirikan 50 unit rumah, Kemenpupera menggelontorkan dana Rp4,6 juta per unit rumah yang dibangun kepada pengembang.

“Kalau pengembang membangun 170 rumah, berarti ia mendapatkan dana Rp782 juta yang diwujudkan dalam bentuk barang untuk pembuaran sarana dan prasarana di perumahan tersebut seperti paving blok atau cor beton. Tergantung permintaan pengembang,” ujarnya kepada solopos.com, Rabu (9/3/2016).

Menurut dia, bisnis perumahan diyakini memberi multiplier effect besar bagi perkembangan sektor ekonomi lainnya. Misalnya, pengembang membutuhkan material perumahan, tenaga kerja dan lain sebagainya. Hal itu secara langsung memberikan dampak bagi para pelaku perdagangan dan jasa yang berkaitan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya