SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SEMARANG: Bisnis perumahan, terutama tipe kecil dan menengah, di Jawa Tengah pada triwulan pertama 2009 terpuruk akibat melemahnya daya beli masyarakat dan tidak kunjung menurunnya bunga kredit pemilikan rumah (KPR).

Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah, Sudjadi di Semarang, Senin (13/4), mengatakan, hampir semua anggota aktif REI Jateng yang berjumlah sekitar 180 pengembang mengeluh merosotnya penjualan rumah tipe kecil dan menengah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ia belum bisa menyebutkan berapa jumlah rumah yang terjual pada triwulan I tahun ini, namun berdasarkan laporan sejumlah pengembang yang aktif menggelar pameran, penurunan permintaan rumah lebih dari 50 persen.

Salah satu pengembang yang aktif berpameran, katanya, hanya mampu menjual 12 unit rumah, padahal pada periode sama tahun 2008 pihaknya bisa menjual 30-40 rumah tipe kecil atau merosot lebih dari 60 persen.

Pengembang yang spesialis memproduksi rumah kelas menengah, kata Sudjadi yang juga Dirut PT Aji Saka, juga mengalami nasib serupa meskipun penurunannya tidak sedrastis penjualan tipe kecil.

Pada tahun 2008, salah satu pengembang setelah menggelar pameran sebulan penuh berhasil meneken kontrak penjualan 25 unit rumah kelas menengah, namun pada periode sama hanya bisa terjual 15 unit atau terpangkas 40 persen.

“Imbas krisis ekonomi global yang menyebabkan daya beli melemah, euforia Pemilu 2009, dan tidak kunjung menurunnya bunga bank menjadi penyebab utama merosotnya penjualan rumah,” katanya.

Menurut dia, sebenarnya kondisi pasar perumahan tidak terlalu parah bila perbankan mau menurunkan bunga KPR hingga di bawah 10 persen dari saat ini yang masih mencapai 13-14 persen/tahun.

“BI `rate` (Sertifikat Bank Indonesia) terus menurun dan saat ini tinggal 7,5 persen, namun mengapa perbankan masih mematok bunga hingga 13-14 persen,” katanya.

Ia mengingatkan, dalam kondisi pasar yang melesu seperti saat ini seharusnya perbankan ikut menggerakkan sektor riil dengan berani memangkas bunga pinjaman hingga ke level ekonomis, bukan malah berdiam diri dengan mematok bunga tinggi.

“Perbankan sebenarnya cukup mengambil `spread` 2-2,5 persen dari BI `rate`. Bunga yang diterapkan perbankan saat ini terlalu tinggi dan sulit bisa menggerakkan sektor riil,” katanya.

Dalam kondisi perekonomian yang melesu ditambah tingginya suku bunga tinggi, menurut Sudjadi, REI Jateng bakal kesulitan memenuhi pencapaian rencana produksi pada tahun 2009 sebanyak 8.000 rumah.

“Tahun 2008 saja realisasinya hanya 6.500 unit, padahal hingga semester I 2008 kondisi perekonomian masih bagus,” katanya. (Antara)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya