Solopos.com, SOLO -- Wabah virus corona atau covid-19 membuat bisnis perhotelan di Solo dan sekitarnya lesu. Terlebih setelah Kota Solo ditetapkan berstatus kejadian luar biasa (KLB) corona akhir pekan lalu.
Pasar meeting, incentives, conferences, dan exhibitions (MICE) yang menjadi salah satu revenue utama perhotelan, 90% dibatalkan atau ditunda. Okupansi hotel jeblok di angka 20%-25%.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Solo pun mendesak pemerintah memberikan insentif perpajakan menyusulnya lesunya bisnis perhotelan di Solo ini.
Pasien Suspect Corona RSUD Moewardi Solo Asal Grogol Sukoharjo Meninggal
Ketua Bidang Humas dan Promosi PHRI Solo, Sistho A. Sreshtho, mengatakan wabah Covid-19 memukul telak bisnis perhotelan. Menurutnya, bisnis perhotelan Solo pada Januari-Februari memasuki low season.
Maret ini seharusnya bisnis perhotelan kembali terdongkrak sebelum Ramadan yang juga kerap turun pasarnya. Namun, wabah Covid-19 menghantam semua sektor, tak terkecuali perhotelan.
“Kondisi perhotelan turun rata-rata 45%-60%. Saat ini yang menjadi fokus adalah survive. Kami melakukan efisiensi dalam segala hal. PHRI sudah mengeluarkan surat kepada pemerintah agar dibantu karena kondisi seperti ini demand minim. Apalagi efisiensi ini sudah masuk dalam tenaga kerja,” ujarnya kepada Solopos.com, Kamis (19/3/2020).
Pemprov Jabar Tes Corona pada Orang Sehat, 2 Positif Tanpa Gejala
PHRI Solo mencatat okupansi hotel rata-rata hanya 20%-25%. Selain itu, MICE yang batal atau pun tunda mencapai 90%.
PHRI Tidak Ada Rencana Menutup Operasional Hotel
Padahal ada fixed cost yang mesti dikeluarkan, dengan porsi terbesar untuk gaji karyawan (payroll) dan energi (listrik). Urusannya dengan energi ini, pihaknya juga berharap PLN memberikan diskon atau potongan harga.
“Hotel tidak dibuat untuk berada di level okupansi seperti ini. Masing-masing hotel berbeda kerugiannya. Semakin besar bintangnya, tentu angkanya juga makin banyak. Meskipun demikian, kami tidak dalam opsi untuk menutup sementara operasional hotel. Jika ini dilakukan, bakal menjadi preseden buruk perhotelan,” imbuhnya.
Pasien Corona Wonogiri Meninggal Dunia, Ini Tindakan Pemkab
Sistho menggarisbawahi meski kondisi seperti ini, PHRI menyerukan kepada anggotanya untuk membuat kampanye positif, selain tentunya upaya pencegahan dengan pengecekan suhu tubuh karyawan maupun tamu sebelum masuk hotel hingga penyediaan hand sanitizer.
Kampanye ini bisa berupa video atau pesan-pesan khusus yang berisi Soloraya aman. “Kami serukan kepada anggota membuat marketing promo lewat video misalnya, hotel itu aman,” katanya.