SOLOPOS.COM - CEO Shopee Chris Feng (Detik)

Bisnis online Shopee mulai meluncur di Indonesia. Menurut Shopee, pembeli di Indonesia leboh sabar dalam mencari barang incarannya.

Solopos.com, JAKARTA —  Situs bisnis online dari Singapura, Shopee, resmi meluncur di Indonesia. Menurut Shopee, karakter pembeli di Indonesia lebih sabar dibanding negara lain.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dikutip dari Detik, Rabu (28/10/2015), membuka market place bisnis online di tujuh negara sekaligus memberi tantangan tersendiri bagi CEO Shopee, Chris Feng. Sebab, di masing-masing negara memiliki karakteristik pembeli yang berbeda.

Chris Feng lalu bercerita pengalamannya saat membuka layanan bisnis online Shopee di sejumlah negara. Dari pengamatannya selama enam bulan ini, pengguna Indonesia memiliki keunikan tersendiri di banding negara lain.

Menurut Feng, pembeli Indonesia paling banyak menghabiskan waktu lebih lama menggunakan platform mobile dibanding negara lain. Ada tiga jenis barang yang paling banyak dicari, yakni pakaian, kostmetik dan perangkat gadget.

Ia mencatat pengguna dari Indonesia lebih suka berkomunikasi dengan penjual di situs bisnis online Shopee. Entah itu menanyakan stok, jenis barang dan lain-lain. “Karena itu kami menyediakan fitur chat antara penjual dan pembeli di aplikasi Shopee. Sehingga interaksi dua belah pihak lebih mudah,” ujar Chris.

Namun paling menarik, pembeli dari Indonesia lebih sabar dibandingkan negara lain. “Mungkin karena koneksi Internetnya lebih lambat dibanding negara lain, sehingga lebih menerima kekurangan yang ada. Sementara negara lain, maunya serba cepat,” jelas pria lulusan National University of Singapore tersebut.

Dengan keunikan yang dimiliki pembeli di Indonesia, Chris yakin layanan bisnis online Shopee bakal sukses di Tanah Air. Terlebih ia telah merekrut tenaga dari lokal sehingga lebih mengetahui kebutuhan penggguna di Indonesia.

Saat ini, layanan bisnis online Shopee telah diunduh lebih dari 1 juta kali. Meski baru enam bulan beroperasi, jumlah transaksi dinilai cukup tinggi. “Kita baru soft lauching, tapi basket size-nya sudah US$10 atau Rp135.250,” pungkasnya.

Dikutip dari Liputan6.com, Rabu, menurut Dewan Pengawas Asosiasi e-commerce Indonesia (idEA), Aulia E. Marinto, meski bisnis online di Indonesia mengalami perkembangan pesat, ternyata masih ada beberapa tantangan yang harus mendapat perhatian. Salah satunya adalah perihal payment gateway sebagai sarana pembayaran transaksi.

“Salah satu tantangan industri e-commerce di Indonesia saat ini adalah alat pembayaran yang bukan berasal dari rekening bank,” ungkap Aulia E Marinto, saat Media Briefing Industri E-Commerce Indonesia, di Jakarta, Rabu.

Menurut Aulia yang juga CEO BLanja.com, saat ini kebanyakan sarana pembayaran mewajibkan pengguna untuk memiliki rekening bank, mulai dari kartu kredit, ATM, mobile banking dan lainnya.

Masalahnya, tak semua masyarakat Indonesia memiliki rekening bank. Oleh karena itu, dibutuhkan lebih banyak alternatif pembayaran untuk melakukan transaksi belanja online.

Selain itu, Aulia juga mengungkapkan tantangan lain di bisnis online atau e-commerce di Indonesia, yakni masalah logistik. Menurutnya, saat ini belum ada standar logistik, yang mencakup waktu dan harga pengiriman barang di Indonesia.

“Berbeda dengan perbankan, di mana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia menaunginya, saat ini di Indonesia belum ada otoritas yang khusus mengurus perihal logistik,” tambah Aulia.

Selain beberapa tantangan tersebut, kendala lain yang cukup menghambat perkembangan bisnis online e-commerce di Indonesia adalah jaringan yang tergolong lambat dan biaya Internet yang masih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya