SOLOPOS.COM - Jual-Beli Online (Detik)

Bisnis online Indonesia semakin berkembang. Ada tiga faktor kesuksesan dalam bisnis e-commerce.

Solopos.com, JAKARTA — Industri bisnis online atau e-commerce di Indonesia memiliki masa depan cerah mengingat dalam beberapa tahun ke depan ada tiga faktor utama yang mendukung perkembangannya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seperti dilansir Detik, Sabtu (7/11/2015), menurut CFO & Co-founder Bukalapak, Fajrin Rasyid, tiga faktor yang dimaksud adalah penetrasi Internet, usaha kecil menengah (UKM), dan geliat smartphone yang diproyeksi akan tembus 300 juta dalam beberapa tahun ke depan.

“Penetrasi Internet di Indonesia akan mencapai 300 juta pengguna, setara dengan di Amerika Serikat saat ini. Indonesia akan termasuk ke dalam 10 negara dengan ekonomi terbesar di dunia dan 60% berasal dari level UKM dan mayoritas dari penduduk Indonesia akan terkoneksi dengan menggunakan smartphone,” paparnya.

Menurut Fajrin, beberapa fakta terkait industri bisnis online atau e-commerce Indonesia saat ini adalah iklan baris online masih memiliki pengguna yang besar. Selain itu berdasarkan data yang ada, transaksi e-commerce di Indonesia paling besar masih melalui media sosial.

“Jadi orang-orang yang belanja dan jualan melalui media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, BBM group, Whatsapp dan lain sebagainya diperkirakan masih lebih besar dibandingkan mereka yang belanja melalui platform e-commerce yang sudah ada,” jelasnya.

Selain itu penetrasi mobile Internet di Indonesia sangat besar, karena banyak orang yang terhubung ke Internet dengan menggunakan smartphone.

“Akan tetapi masih ada masalah dalam hal infrastruktur mobile Internet yang belum merata, sehingga mobile dan desktop masih sama-sama penting karena ada beberapa orang yang takut menggunakan perangkat mobile untuk transaksi e-commerce karena khawatir koneksinya putus-putus dan mereka memilih menggunakan mobile untuk browsing tetapi menggunakan desktop untuk transaksi e-commerce,” ujarnya.

Fajrin juga menyatakan saat ini pengunjung platform bisnis online, khususnya e-commerce besar, yang menggunakan perangkat mobile berkisar 50%-75%, baik melalui mobile web dan menggunakan mobile aplikasi.

“Dalam hal pembayaran transaksi bisnis online, saat ini orang Indonesia masih banyak menggunakan transfer bank sebagai sarana pembayaran, sementara debit card dan credit card penetrasinya masih kecil, sehingga diperkirakan sekitar 60%-70% transaksi pembayaran di kebanyakan e-commerce di Indonesia masih menggunakan transfer bank,” ujar Fajrin.

Tantangan lain dalam industri bisnis online di Indonesia adalah logistik, karena kondisi geografis Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau baik besar dan kecil, sehingga pengiriman keluar daerah atau pulau bisa memakan waktu yang lama bahkan bisa berhari-hari baru sampai di tangan penerima.

“Terakhir dalam hal regulasi bidang e-commerce, pemerintah semakin terbuka, ada beberapa peraturan seputar e-commerce yang masih dalam bentuk draft dan belum diputuskan sehingga kita perlu menunggu sama-sama, seperti RPP Perdagangan Elektronik dari Kementerian Perdagangan, roadmap e-commerce dari Kemenkominfo, National Payment Gateway dari Bank Indonesia dan OJK serta wacana perubahan Daftar Negatif Investasi bidang e-commerce dari Badan Koordinasi Penanaman Modal,” pungkas Fajrin.

Seperti dikutip dari Kantor Berita Antara, Sabtu, dalam acara Raising Giants: Indonesian Startups yang digelar Global Enterpreneurship Program Indonesia (GEPI), dua pendiri startup berbagi kiat agar tidak membuang waktu dalam memulai sebuah startup.

“Sebelum memulai startup perlu mengetahui bagaimana industri, apakah startup tersebut dapat berjalan di Indonesia,” kata co-founder Wavoo, Yudhi “Domex” Mandey, di Jakarta.

Lebih lanjut, dia menyarankan untuk mencari co-founder yang tepat ketimbang harus mempekerjakan banyak orang. “Saya tidak bisa coding dan marketing, jadi mencari co-founder yang ahli di bidang itu, itu akan menghemat waktu,” kata dia.

Sebaliknya, menurut Co-founder Wedlite.com dan Taralite.com, Abraham Viktor, waktu tidak akan terbuang sia-sia apabila memang benar-benar berniat memulai startup. “Saya pikir waktu akan terbuang jika kita melakukan hal yang tidak kita sukai,” kata dia.

Menurut Abraham menjadi wirausaha sendiri membutuhkan banyak usaha dan juga waktu secara bersamaan karena dalam membangun startup hasilnya belum dapat diketahui dalam waktu singkat.

“Jadi, saran saya agar tidak membuang waktu dalam memulai startup adalah kembali kepada diri kita sendiri bercermin. Karena saya melihat orang-orang yang sukses membangun startup adalah mereka yang memiliki passion dan yang benar-benar memiliki nilai didalam startup-nya,” tambah dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya