SOLOPOS.COM - Kamti, 62, petani tembakau di Desa Sumberharjo, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri, sedang memetik daun tembakau di lahan miliknya, Selasa (30/8/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri M.)

Solopos.com, WONOGIRI–Bisnis tanam tembakau yang dinilai menjanjikan membuat banyak warga di Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri, terpincut ikut menikmati hasil panen tembakau. Mulai dari mengikuti jejak warga lainnya menjadi petani tembakau, hingga mencuri hasil panen tembakau milik warga.

Hasil panen tembakau yang dicuri merugikan petani sekaligus membuat petani lainnya waswas. Pasalnya, sebagian petani itu khawatir tembakau yang sudah mereka tanam, rawat, dan tunggu hingga 60 hari, ikut dicuri orang.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kejadian pencurian yang berlangsung pada 2019 itu dikisahkan Kamti, 62, salah satu warga di Desa Sumberharjo, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri.

Di area persawahan dekat permukiman warga, Kamti memiliki lahan seluas 3.800 m² yang ditanami tembakau setiap musim kemarau.

Sementara, kabar pencurian tanaman tembakau ia dengar dari desa sebelah, tepatnya Desa Ngadirejo. “Memang benar terjadi. Pencurinya membawa mobil. Saat di pinggir sawah, dia berhenti, langsung mencabut tanaman tembakau sampai ke akar-akarnya lalu ditaruh ke mobil,” kisahnya kepada Solopos.com, Selasa (30/8/2022).

Kejadian itu lantas membuat Kamti bersiaga mengawasi lahan tanaman tembakaunya. Ia lalu mendirikan bangunan mirip pos ronda di pinggir sawah. Saat kasus pencurian tembakau marak, kadang kala ia bersama suami dan petani lainnya bermalam di pos itu.

“Buat berjaga-jaga saja. Alhamdulillah, saya enggak pernah jadi korban pencurian. Hanya di Desa Ngadirejo kejadiannya,” imbuhnya.

Suami Kamti, Tukino, 66, menambahkan, pencurian tembakau pada 2019 itu terjadi lantaran hasil panen tanaman untuk bahan rokok sedang bagus-bagusnya. Musim kemarau yang berlangsung lama saat itu membuat hasil panen tembakau optimal.

Saat itu, Tukino sendiri mengaku meraup untung senilai Rp11 juta dalam sekali panen. Potensi itu lantas dimanfaatkan sebagian orang yang tak memiliki lahan pertanian tembakau berniat mencuri lahan milik petani.

“Mungkin karena mereka iri melihat orang lain sukses memanen tembakau sementara mereka enggak punya lahan atau enggak ikut menanam,” kata Tukino.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya