SOLOPOS.COM - Muhammad Arif Abadi, mahasiswa pemilik usaha jasa membersikan kamar indekos. (JIBI/Harian Jogja/Mediani Dyah Natalia)

Harianjogja.com-Berawal dari keinginan diri sendiri ingin selalu mendapatkan kamar indekos bersih, L. Muhammad Alif Abadi tergerak membuka usaha Mr.Boon. Bisnis yang bergerak di bidang jasa ini menawarkan layanan pembersihan kamar dan kamar mandi dengan harga terjangkau.

Hanya dengan Rp25.000, kata Alif, lantai kamar akan disapu dan dipel, debu-debu yang ada disedot menggunakan vacuum cleaner dan mebel yang berada di ruangan juga akan dilap. Selain itu, barang-barang juga ditata secara rapi dan ruangan akan dibuat wangi dengan pengharum.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Khusus untuk kamar mandi, nominal yang ditarik hanya Rp20.000. Dengan uang tersebut, pelanggan dapat melihat kamar mandi menjadi bersih karena disikat. Seperti standar layanan yang diberikan kepada pelanggan untuk kamar, pengharum ruangan juga ditambahkan di kamar mandi.

Usaha ini, kata mahasiswa program studi (prodi) Manajemen Pemasaran Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (SV-UGM) ini, mirip layanan cleaning service yang ada di kantor atau hotel. Sebagian pengusaha juga membuka layanan yang sama ke rumah-rumah. Tetapi layanan ini diprioritaskan untuk rumah berukuran besar. Sebab, alat yang dipergunakan relatif berukuran besar.

“Apalagi kamar indekos yang ukuran lebih kecil. Padahal mahasiswa juga ingin kamarnya dibersihkan karena mahasiswa juga punya kesibukan, baik saat kuliah atau organisasi,” ujarnya kepada Harianjogja.com, Jumat (25/10/2013).

Dari fakta tersebut, Alif demikian sapaan akrabnya, mulai mencari informasi. Ilmu ekonomi manajemen yang diterima sejak 2011 menjadi acuan studi kelayakan bisnis. Selama dua bulan penuh, ia mulai menentukan target, kebutuhan hingga promosi.

Laki-laki kelahiran Sulawesi Tenggara ini juga langsung terjun ke kamar indekos teman-temannya untuk membersihkan kamar dan kamar mandi demi membentuk Standar Operasional Prosedur (SOP). Survei ini juga dilakukan untuk menentukan kelayakan harga dalam setiap layanan.

Merasa setiap persiapan memulai usaha semakin matang, Alif kembali memutar otak. Kali ini ia mencari cara mendapatkan modal. Berkat dukungan orangtua, ia berhasil meminjam uang bulanan yang diterima penuh selama dua bulan ke depan sebesar Rp1,6 juta.

“Uang itu untuk membeli peralatan dan perlengkapan dan bayar gaji pegawai. Saya segera bertindak dan menganalisa agar tidak rugi. Karena modal itu uang saya selama dua bulan, kalau tidak untung, saya bisa tidak makan,” ungkap dia.

Sebagai usaha baru yang bergerak di bidang jasa, laki-laki yang besar di Bekasi ini mengaku bisnisnya tidak langsung membuahkan hasil. Pada bulan-bulan awal, ia hanya mendapatkan tiga hingga empat kali permintaan dalam seminggu. Namun pada bulan kelima dan keenam, frekuensi tersebut berubah menjadi sehari sekali. Saat ini, permintaan berkembang menjadi dua hingga lima kali dalam sehari.

Meski awalnya sepi, Alif menuturkan, break event point (BEP) dapat dikumpulkan pada bulan keempat. Sementara pada perhitungan bulan kelima hingga sekarang ia tengah berupaya memperbesar usaha.

Namun, imbuhnya, ia terganjal dalam masalah pegawai. Dari tiga pegawai yang bertugas sebagai manajer, pembersih kamar dan pembersih AC, Alif menyampaikan masih membutuhkan tenaga tambahan untuk membersihkan kamar.

“Kalau lagi ramai, permintaan bisa lima kali, padahal satu orang dapat bekerja efektif itu hanya tiga kali dalam sehari,” imbuhnya.

Kendati demikian, ia bertekad membesarkan usaha yang baru pertama di DIY ini. Dengan melakukan pengenalan layanan lewat jejaring sosial seperti twitter di @mr_boon1, facebook Mr.Boon dan layanan telepon serta pesan singkat di 085727484894, ia juga memberikan kartu keanggotan hingga promo gratis satu kali layanan untuk lima kali akses layanan.

Pak Bon
Mengangkat nama Mr. Boon, Alif menuturkan, ide itu terlontar dari cerita temannya mengenai julukan akrab pelajar di DIY kepada penjaga sekolah, yakni Pak Bon. Agar terdengar lebih akrab di kalangan mahasiswa, ia sengaja mengganti sebutan pak menjadi mister atau Mr.

Dalam waktu dekat, laki-laki kelahiran 4 Mei 1993 ini akan menyelesaikan pendidikan dan pulang ke Bekasi.

Adapun pengelolaan Mr. Boon yang sudah memiliki nama dan SOP akan diserahkan pada manajer di Jogja. Ke depan, ia akan meneruskan pendidikan di Universitas Indonesia (UI) sembari mengembangkan usaha sejenis.

“Mimpi saya, Mr. Boon yang sekarang sudah menempel pada mahasiswa UGM dan UNY [Universitas Negeri Yogyakarta], juga dapat bergerak ke kampus lain seperti UII [Universitas Islam Indonesia] dll. Kemudian, saya juga ingin membuat usaha ini jadi franchaise,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya