SOLOPOS.COM - Salah satu kios jamu cekok di Jogja (JIBI/Harian Jogja/Pamuji Tri Nastiti)

Salah satu kios jamu cekok di Jogja (JIBI/Harian Jogja/Pamuji Tri Nastiti)

Di tengah menjamurnya obat-obatan kimia, bisnis jamu tradisional masih bertahan di Jogja. Bahkan, usaha yang sudah dijalankan secara turun-temurun tersebut tak pernah sepi pelanggan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satunya, Warung Jampi Asli Jamu Cekok, di depan Purawisata, Jl Brigjen Katamso, Jogja justru dipenuhi antrean anak-anak dan anak balita.

Warung Jamu Cekok, demikian nama tenar sebutan warung jamu yang berada di wilayah kampung Dipowinatan nomor 132. Nama lain yang masih kondang kadang didengar dengan sebutan Jamu Cekok Kulon Kerkop. “Dulunya seberang jalan itu kerkop [kerkoff], sekarang sudah enggak ada,” ujar penerus usaha jamu, Zaelani, 79, Kamis (28/6).

Ekspedisi Mudik 2024

Sebutan warung kulon kerkop muncul karena dulunya berdekatan dengan makam orang-orang Belanda yang disebut kerkoff. Kompleks itu kini menjadi taman hiburan rekreasi Purawisata, tepat di seberang jalan warung Jamu Cekok.

Zaelani mengingat ada sekitar 30-an jenis ramuan jamu yang ia dapatkan dari resep pendahulunya. Sebagai penerus generasi keempat ia kini lebih bijaksana dengan menyediakan jenis-jenis jamu yang banyak dipesan pembeli saja.

Jamu cekok diakui masih menjadi primadona dari sekian ramuan yang ditawarkan. Bahkan, warung jamu yang buka dari pukul 06.00 WIB sampai 19.30 WIB itu memiliki pelanggan anak-anak dan anak balita. “Jamu cekok kathahipun diantre Minggu enjang kaliyan Setu malem minggu,” katanya dalam bahasa Jawa.

Ia sendiri kini tidak menangani antrean pelanggan karena telah mempekerjakan empat karyawan. Sejak pagi hingga petang hari rata-rata pengunjung 15-20 orang dengan pembelian jamu bervariasi. “Paling laris jamu cekok, sudah jadi jujugan,” ujarnya.

Cekok Mulut
Dinamakan jamu cekok karena warung menjadi jujugan ibu-ibu muda yang membawa anak-anaknya untuk dicekok dengan jamu. Cekok sendiri merupakan istilah yang dalam bahasa Jawa merujuk pada cara pemberian jamu dengan mengucurkan langsung ke dalam mulut.

Cekok jamu ke mulut anak balita biasanya dipilih orangtua karena anaknya sakit atau tidak nafsu makan. “Sudah tiga hari rewel enggak mau makan, badannya anget, saya disarankan saudara ke sini soalnya ada pengalaman anaknya sehat setelah dicekok,” kata Widowati, ibu dari Tata, 2,5.

Jamu cekok kulon kerkop memang menjadi tujuan orang tua anak balita. Meski rasa jamu yang dikucurkan secara paksa ke mulut anak balita berasa pahit dan getir, orangtua yang membawa anaknya ke jamu cekok tidak khawatir soal itu.

Selama dicekok dan sesaat setelah itu biasanya anak balita akan menangis. Saat karyawan memberikan jamu ke mulut anak balita, tangan anak itu akan dipegangi orangtuanya supaya tidak berontak. Selain dipercaya mengembalikan nafsu makan anak, jamu cekok juga bisa mengobati cacingan, batuk, sawan, pilek, dan demam.

Selain jamu cekok untuk anak balita, warung jamu lawasan itu juga menyediakan menu-menu jamu untuk dewasa seperti galian pria, galian wanita, pegel linu, watukan, cabai puyang, kunir asem, pahitan, dan sebagainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya