SOLOPOS.COM - Meditasi menjadi salah satu alternatif cara untuk membuat tubuh dan pikiran Anda rileks. (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Solopos.com, SOLO--Kelelahan kronis atau burnout bisa melanda siapapun. Pandemi berkepanjangan memicu terjadi burnout baik terhadap tenaga kesehatan maupun masyarakat umum. Kondisi ini bisa diatasi dengan self healing.

Burnout bukanlah salah satu gangguan kejiwaan melainkan kondisi yang bisa memicu terjadi gangguan kejiwaan apabila tidak lekas tertangani. Kondisi ini bisa terjadi pada ibu rumah tangga yang terus menerus bekerja tanpa support system, ada masalah yang tak kunjung selesai, dan lainnya.

Promosi Direktur BRI Tinjau Operasional Layanan Libur Lebaran, Ini Hasilnya

Menurut psikolog klinis dan hipnoterapis, Liza Marielly Djaprie, kelelahan kronis pada seseorang bisa dikenali melalui tiga gejala, yakni fisik, emosi, dan perilaku. Gejala fisik ditandai dengan kondisi yang mudah sakit-sakitan, sakit kepala, sakit perut, dan nyeri tulang.

Baca Juga: Legislator DPRD Jateng Terjun ke Dapil Sosialisasikan Pencegahan Covid-19

Ekspedisi Mudik 2024

“Kenapa bahu sering keras kalau kelelahan kronis? Karena otak berpikir terus. Ini membuat otot-otot di bahu mengencang,” kata Liza, dalam talkshow virtual yang digelar Satgas Penanganan Covid-19, Kamis (11/2/2021).

Gejala kelelahan kronis juga tampak pada perubahan emosi seseorang misalnya emosi yang meledak-ledak, tiba-tiba menangis, hingga ketakutan yang tidak jelas penyebabnya. Sedangkan, gejala dari segi perilaku ditandai dengan kecenderungan menarik diri, mengisolasi diri serta kehilangan minat dan hobi.

Namun, seringkali manusia menyangkal kehadiran gejala-gejala ini sebagai sebuah kelelahan kronis. Ada sejumlah faktor yang memicu hal ini terjadi seperti kondisi bukanlah kondisi kasat mata yang mudah diakui keberadaannya seperti luka memar, misalnya.

Baca Juga: Peluang Bisnis Tanaman Hias di Mal Terbuka

Selain itu, ada kultur di masyarakat yang kurang empati terhadap kondisi psikologis ini. Fenomena ini terlihat dari anggapan “lebay” dari masyarakat saat seseorang mengeluhkan kondisi kejiwaannya. “Orang sering bilang, ‘udah deh segitu aja lebay’ atau ‘kamu harus kuat ya’ dan pernyataan lain,” kata dia.

Atasi Burnout

Liza memberikan beberapa tips mengatasi kelelahan kronis pada seseorang. Apabila gejala-gejala di atas mulai dirasakan, sebaiknya seseorang mulai meminta tolong kepada orang lain untuk menggantikan posisinya sementara. Kondisi ini bisa terjadi misalnya dalam konteks pekerjaan.

Meski demikian, meminta tolong ini bukanlah perkara mudah. Masih ada kendala orang meminta tolong akibat rasa takut, ragu-ragu, dan perasaan tidak enak terhadap orang lain. Padahal, semakin ditunda, semakin menumpuk beban kelelahan ini.

Baca Juga: Pasien Covid-19 Ketakutan & Frustasi, RSBK Solo Pasang Terali

Dengan meminta tolong, seseorang memberikan kesempatan pada dirinya untuk beristirahat. Ada beragam cara istirahat bisa dilakukan mulai dari menyendiri, melakukan hobi, berolahraga, dan lainnya. Setiap orang memiliki jenis istirahat yang beragam.

“Seringkali kita tidak punya self awareness itu karena kecerdasan kita cederung intelektual. Emosional dan spiritual harus dilatih juga,” ujar Liza.

Empati juga diperlukan untuk mengatasi burnout. Perubahan pada seseorang baik teman atau keluarga yang memiliki gejala kelelahan kronis harus direspons dengan memberikan dukungan. Begitu pula pada orang mengalami burnout harus bisa menerima kondisi dirinya.

Baca Juga: PPKM Mikro Diperpanjang Sampai Maret 2021

“Kadang sudah dikasih tahu, tapi masih ada penolakan [penyangkalan]. Kalau ada orang yang menanyakan, ‘Kamu kenapa sih kayanya lagi capek,’ berbesar hatilah, legawa,” ujar Liza.

Cara lain mengatasi burnout adalah konseling dengan psikiater. Jika kondisi makin parah, diperlukan intervensi medis. Terapi juga bisa dilakukan dengan self hypnosis. Hypnosis adalah kondisi ketika seseorang tersugesti maksimal akan satu kata atau hal yang mengakibatkan dia mau mengubah perilaku sesuai dengan apa yang diterimanya.

Self hypnosis bisa dilakukan di manapun mulai dari taksi online, tempat kerja, hingga di rumah. Momen terbaik melakukan ini yakni pada saat menjelang tidur dan baru bangun tidur. Selain membiasakan berpikir positif, olahraga dan istirahat yang cukup juga bisa menjadi cara mengatasi kelelahan kronis.

Baca Juga: Dinkes Karanganyar Sebut Keterisian RS Rujukan Covid-19 Turun, Dampak PPKM?

Sekretaris Subbidang Kesehatan Koordinator Relawan Satgas Covid-19, Maghfira, mengaku pernah mengalami burnout. Hal itu terjadi saat ia membuka layanan call center bagi masyarakat umum dan tenaga kesehatan.

Saat itu, ia menerima banyak cerita seperti orang gagal menolong orang yang keburu meninggal dunia. Ada pula cerita saat ambulans tiba, orang yang akan ditolong sudah meninggal dunia. Cerita-cerita menumpuk dan menjadi beban bagi dirinya.

Bahkan, Maghfira pernah merasa berada di titik terendah saat seseorang menghubunginya mengaku baru saja diusir dari kos lantaran positif Covid-19 pada awal pandemi. Waktu itu stigmatisasi terhadap pasien Covid-19 masih tinggi. “Tiap hari nemuin itu. Lihat handphone aja udah gedek banget. Sampai aku mutusin aku harus setop dulu dan mending dioper ke orang lain,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya