SOLOPOS.COM - Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti. (Suara.com)

Solopos.com, JAKARTA -- Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menilai tugas yang berlebihan selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) bisa membuat siswa stress, bahkan bisa menyebabkan bunuh diri. Oleh karena itu, mereka meminta pihak sekolah dan guru untuk mengurangi pemberian tugas kepada siswa.

Hal ini disamapaikan Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti. Ia mengatakan harus ada pemberian toleransi bagi siswa yang belum bisa mengumpulkan tugas karena tugas yang menumpuk selama PJJ agar tidak mengganggu psikologis siswa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

"Untuk tugas yang sudah menumpuk dan telanjur tidak dikerjakan di waktu yang lalu diputuskan diberikan pemaafan. Lalu siswa diberi bimbingan dan pembinaan psikologis. Setelah mental siswa dibina dan disiapkan untuk mengerjakan tugas yang baru di waktu yang akan datang, itulah yang akan ditagih," kata Retno, Senin (2/11/2020), seperti dilansir suara.com.

2 Gadis di Bawah Umur Jadi Korban Pelecehan Seksual Siswa Sekolah Unggulan

Ekspedisi Mudik 2024

FSGI juga mendorong sekolah memaksimalkan guru bimbingan konseling untuk membantu para siswanya yang mengalami masalah kesehatan mental selama masa PJJ akibat pandemi Covid-19.

"Gejala-gejala umum seperti menurunnya semangat untuk menjalankan aktivitas, mudah marah, dan cepat kehilangan konsentrasi itu memang normal. Namun, tetap harus diperhatikan jika terjadi secara berkepanjangan," jelasnya.

Tiga Siswa Meninggal

Retno juga meminta Kementerian Kesehatan dan dinas-dinas kesehatan di daerah juga turun tangan bersama Dinas Pendidikan, Kantor Kementerian Agama di kabupaten/kota maupun provinsi untuk ikut bantu membina kesehatan mental peserta didik.

Minat Baca Siswa SMAN 3 Salatiga Naik di Masa Pandemi Covid-19, Ternyata Karena Ini

"Karena problem kesehatan mental tinggi, FSGI meminta sesuai SKB 4 menteri kan ada juga di situ Kementerian Kesehatan. Maka, Menteri Kesehatan mestinya punya peran dalam mencegah dampak psikologis PJJ di masa pandemi," sambung Retno.

Permasalahan PJJ seharusnya menjadi tanggung jawab bersama antara Kemendikbud, Kemenag, Kemendagri, dan Kemenkes yagn terikat dalam Surat Keputusan Bersama 4 Menteri.

Sejauh ini, sudah ada tiga siswa menjadi korban meninggal dunia akibat belajar online. Pertama anak berusia 8 tahun di Lebak, Banten disiksa orang tuanya karena stress tak bisa mendampingi sang anak belajar online.

Pasang Wifi Gratis Di 5 Kecamatan Solo, Diah Warih: Bisa Untuk Siswa Belajar Daring

Kemudian, anak berusia 16 tahun di Gowa, Sulawesi Selatan yang menegak racun diduga karena stress terlalu banyak tugas saat belajar online.

Dan terbaru, seorang siswa MTs di Tarakan, Kalimantan Utara ditemukan tewas gantung diri di kamar mandi di Kelurahan Sebengkok. Polisi setempat menyebut korban pernah mengeluh beratnya belajar online.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya