SOLOPOS.COM - Ilustrasi hasil MRI otak. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Salah satu organ vital yang dimiliki manusia adalah otak. Bersama saraf tulang belakang, otak memiliki peran sebagai pusat kendali tubuh dan menyusun sistem saraf pusat (SSP).

Sistem saraf inilah yang kemudian bekerja sama dengan sistem saraf tepi untuk memberi kemampuan manusia dalam melakukan berbagai aktivitas, seperti bernapas, makan, minum, berjalan, berbicara, dan lain sebagainya. Lantas bagaimana jika organ penting itu mengalami gangguan Aneurisma otak?

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut salah satu dokter di Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu Solo, dr. Nursanti Setyanadewi, SpN mengatakan Aneurisma otak adalah pelebaran atau penonjolan pembuluh darah otak akibat melemahnya dinding pembuluh darah.

“Penonjolan ini akan terlihat seperti balon kecil atau buah berry. Bila pembuluh darah tersebut robek, gejala yang timbul bisa berupa sakit kepala yang parah hingga penurunan kesadaran,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Solopos.com.

Dijelaskan, Aneurisma otak dapat membesar dan pecah dan menyebabkan kondisi gawat darurat, berupa perdarahan otak, kerusakan otak, hingga kematian.

“Walaupun bisa diderita oleh siapa saja, aneurisma otak paling sering dialami oleh wanita usia di atas 40 tahun,” ujarnya.

Baca Juga: Ciptakan IndoVac, Erick Thohir: Bukti Indonesia Mampu Mandiri

Ada beberapa kondisi atau kebiasaan yang meningkatkan risiko seseorang terkena aneurisma otak. Berikut ini beberapa di antaranya:

• Merokok

Merokok secara signifikan dapat meningkatkan risiko mengembangkan aneurisma otak. Hal tersebut dipicu oleh zat berbahaya dalam asap tembakau yang merusak dinding pembuluh darah.

• Tekanan darah tinggi

Risikonya semakin tinggi jika kamu adalah pengidap tekanan darah tinggi yang memiliki obesitas, banyak konsumsi garam, kurang makan sayur dan buah, serta konsumsi alkohol berlebihan.

• Riwayat keluarga

Memiliki orang tua, saudara laki-laki atau perempuan dengan riwayat aneurisma otak adalah faktor pemicu yang tidak bisa dihindari.

• Usia

Risiko terkena aneurisma otak meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Sebagian besar kasusnya didiagnosis pada seseorang di atas usia 40 tahun.

• Jenis kelamin

Wanita lebih berisiko mengalami aneurisma otak ketimbang pria karena kadar hormon estrogen lebih rendah secara signifikan setelah menopause.

• Kelemahan di pembuluh darah

Dalam beberapa kasus, aneurisma otak disebabkan oleh kelemahan pada pembuluh darah yang sudah ada sejak lahir.

• Cedera kepala parah

Aneurisma otak dapat berkembang setelah cedera otak parah, apalagi jika pembuluh darah di otak rusak. Faktor pemicu ini termasuk jarang terjadi.

• Penyakit ginjal polikistik autosomal

Penyakit ini adalah kondisi genetik yang menyebabkan banyak kista berkembang di ginjal. Kista ditandai dengan kantung kecil berisi cairan.

• Gangguan jaringan tubuh

Gangguan jaringan tubuh pada pengidap sindrom Ehlers-Danlos atau sindrom Marfan menyebabkan kelemahan pada dinding pembuluh darah tubuh, termasuk otak.

• Koarktasio aorta

Kondisi ini ditandai dengan penyempitan pembuluh darah arteri utama dalam tubuh (aorta), yang sudah ada sejak lahir. Penyakit ini merupakan jenis gangguan jantung bawaan yang umum dialami.

Baca Juga: Begini Kondisi Tukul Arwana Terkini setelah Setahun Lebih Stroke

Gejala Aneurisma Otak

 Dokter di Rumah Sakit Kasih Ibu Solo, dr. Nursanti Setyanadewi, SpN. (Istimewa)

Dokter di Rumah Sakit Kasih Ibu Solo, dr. Nursanti Setyanadewi, SpN. (Istimewa)

Aneurisma otak yang masih berukuran kecil dan belum pecah sering kali tidak menimbulkan gejala. Namun, seiring ukuran aneurisma membesar, penderita bisa mengalami berbagai keluhan, seperti:

• Nyeri di sekitar mata
• Mati rasa di salah satu sisi wajah
• Pusing dan sakit kepala
• Kesulitan berbicara
• Gangguan keseimbangan
• Sulit berkonsenstrasi
• Penurunan daya ingat
• Gangguan penglihatan

Aneurisma otak yang makin membesar bisa pecah dan menimbulkan perdarahan di otak. Gejala pecahnya aneurisma otak dapat berupa:

• Nyeri kepala hebat
• Pandangan kabur atau penglihatan ganda
• Mual dan muntah
• Lemah atau lumpuh di salah satu sisi tubuh atau tungkai
• Sulit berbicara
• Sulit berjalan
• Kelopak mata turun (ptosis)
Kejang
• Penurunan kesadaran

Baca Juga: Bangun Gedung Baru, RS Kasih Ibu Solo Tingkatkan Pelayanan dan Fasilitas



Jika seseorang mengalami gejala-gejala tersebut, dr. Nursanti menyarankan agar segera melakukan pemeriksaan ke dokter, terlebih bila orang tersebut memiliki faktor risiko seperti menderita hipertensi, memiliki riwayat aneurisma otak dalam keluarga, atau pernah mengalami benturan di kepala.

“Segera cari pertolongan medis jika mengalami gejala pecahnya aneurisma otak berupa sakit kepala hebat secara tiba-tiba. Pecahnya aneurisma otak merupakan kondisi gawat darurat yang harus segera ditangani,” ujarnya.

Sebagai langkah awal, lanjut dia, dokter akan bertanya tentang keluhan yang dialami, riwayat kesehatan dan penyakit pada pasien dan keluarganya, serta riwayat penggunaan obat-obatan.

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan meminta pasien untuk menjalani beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
Beberapa jenis pemindaian yang bisa dilakukan pada penderita aneurisma otak adalah:

MRI, untuk melihat dan mendeteksi aneurisma otak yang belum pecah
CT scan, untuk melihat kondisi perdarahan di otak akibat pecah atau bocornya aneurisma otak
Angiografi otak dengan CT scan (CTA) atau MRI (MRA), untuk melihat kelainan di pembuluh darah otak, termasuk mendeteksi aneurisma otak

Baca Juga: Klinik Utama Kasih Ibu Sehati Solo Buka Pelayanan Baru 

Pencegahan Pecahnya Aneurisma Otak

Pencegahan pecahnya aneurisma otak oleh dokter akan dilakukan berdasarkan usia dan kondisi medis pasien, serta letak dan ukuran aneurisma.

Jika risiko pecahnya aneurisma otak tergolong rendah, dokter akan melakukan pengamatan secara berkala. Pasien akan diberikan obat penurun tekanan darah, serta dianjurkan untuk menjalani pola makan dan gaya hidup sehat dengan beberapa cara, seperti:

• Berhenti merokok
• Berolahraga secara teratur, tetapi menghindari olahraga intensitas berat
• Membatasi konsumsi minuman berkafein dan beralkohol
• Menghindari aktivitas fisik yang berat

Dokter akan menganjurkan tindakan operasi bila risiko pecahnya aneurisma otak cukup tinggi. Prosedur operasi bertujuan menghentikan aliran darah ke aneurisma otak.

“Operasi bisa dilakukan dengan cara menjepit pembuluh darah (neurosurgical clipping) atau memasang kumparan di lokasi aneurisma (endovascular coiling). Hal ini bertujuan untuk menghentikan aliran darah ke pembuluh darah yang mengalami aneurisma agar tidak membengkak atau pecah,” ujar dr. Nursanti.

Aneurisma otak bisa dicegah dengan menjalani kontrol secara rutin jika menderita penyakit yang meningkatkan risiko terjadinya aneurisma otak, seperti hipertensi. Selain itu, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah aneurisma otak, seperti:

• Berhenti merokok
• Tidak menggunakan narkoba
• Mengurangi konsumsi minuman beralkohol
• Mengonsumsi makanan bergizi seimbang
Berolahraga secara rutin
• Menjaga berat badan ideal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya