SOLOPOS.COM - Puji Muryati, 44, menunjukkan kompor dan instalasi biogas yang terpasang di rumahnya Dusun Kamal, Desa Pendoworejo, Kecamatan Girimulyo, Minggu (5/1/2014). (JIBI/Harian Jogja/Switzy A Sabandar)

Harianjogja.com-Kala kebanyakan orang cemas karena kehabisan gas elpiji Pertamina, pasangan suami istri ini justru santai menjalani aktivitas masak memasak. Merebus air tidak masalah, memasak juga seperti biasa, menanak nasi pun bisa. Semua tanpa bergantung kepada gas produksi Pertamina.  Persediaan gas sebagai bahan bakar di rumah mereka melimpah ruah. Tidak akan habis, selama kotoran sapi peliharaan membanjiri bak penampungan yang terletak tepat di sebelah rumah.

“Saya tenang-tenang saja dan masih bisa memasak, saat semua orang bingung mencari gas elpiji,” lontar Puji Muryati sembari memotong sayuran di dapur, Minggu (5/1/2014) pagi. Perempuan kelahiran 44 tahun silam ini mengaku tidak merasakan dampak dari hilangnya tabung gas elpiji di pasaran. Sudah dua tahun terakhir ini rumah tangganya memanfaatkan biogas sebagai bahan bakar utama untuk kompor.

Promosi Santri Tewas Bukan Sepele, Negara Belum Hadir di Pesantren

Istilah biogas masih awam bagi sebagian besar orang. Padahal energi terbarukan ini dihasilkan dari teknologi yang relatif sederhana dan sesuai untuk daerah perdesaan. Gas methan (CH4) ini terbentuk karena proses fermentasi anareob yang dilakukan bakteri Methanobacterium. Gas ini apabila dibakar menghasilkan energi panas.

Energi biogas memproses limbah bio massa di dalam alat kedap udara yang disebut digester. Bio massa dapat berupa limbah dapat berupa kotoran ternak, tinja manusia, sisa-sisa panen seperti jerami, sekam, dan sebagainya.

Puji bersama sang suami, Tugiyanto Purnomo, merupakan salah satu dari 15 keluarga di Dusun Kamal, Pendoworejo, Girimulyo, Kulonprogo yang menggunakan biogas sebagai bahan bakar pengganti elpiji sejak dua tahun lalu. Ketika itu, dusun tempat tinggal mereka mendapat bantuan instalasi biogas dari Kementerian Lingkungan Hidup. Instalasi biogas yang diberikan pemerintah, terdiri dari bak penampungan beserta ketel, pipa, dan kompor. Pipa menghubungkan ketel kedap udara yang berisi gas dari kotoran sapi dengan kompor khusus biogas.

“Saat itu ada pendataan dan warga yang mempunyai sapi dibuatkan instalasi biogas di rumah masing-masing,” ungkapnya.
Pemanfaatan biogas dirasa lebih aman ketimbang elpiji. Belum pernah ditemukan kasus gas yang berasal dari kotoran ternak ini meledak atau membakar rumah. Berbeda dengan gas elpiji yang butuh kehati-hatian ekstra dalam penggunaannya.

Perempuan berjilbab ini tidak khawatir aroma masakan yang diolahnya menggunakan bahan bakar biogas menjadi terkontaminasi. “Rasa makanan dan baunya sama saja, terbukti kan minum buatan saya tadi tidak berbau,” tanyanya kepada saya.

Namun Puji tidak memungkiri ia masih menggunakan tabung gas elpiji tiga kilogram sebagai cadangan bahan bakar di rumahnya. Sebab biogas membutuhkan proses yang memakan waktu sekitar lima jam untuk mengisi penuh tandon sebelum bisa dimanafaatkan optimal.

Sang suami, Tugiyanto,  ikut urun bicara. Biogas dinilainya menguntungkan peternak karena meningkatkan nilai ekonomis rumah tangga. Laki-laki yang usianya hampir menginjak setengah abad ini memanfaatkan dua ekor sapi peliharaannya untuk menghasilkan biogas.

Proses menghasilkan gas yang diterapkan Tugiyanto sedikit berbeda dengan cara pemerintah. “Kalau dari pemerintah, kotoran langsung diaduk di bak penampungan, tetapi saya modifikasi saluran bak penampungan, sehingga kotoran langsung meluncur ke bak penampungan cukup  disemprot air dengan selang,” urainya.

Sekalipun merasa biogas menguntungkan,  kompor biogas menjadi kendala tersendiri dalam pemanfaatan energi ini. Kompor biogas cepat keropos karena amoniak alami sehingga belum terolah seperti gas elpiji.  “Saya kira pemerintah bisa memberikan bantuan pelatihan memperbaiki kompor biogas, sehingga masyarakat yang memafaatkan energi ini tetap bisa melakukan pemeliharaan dan perawatan alat,” harap pria yang bekerja sebagai wiraswasta ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya