SOLOPOS.COM - Abu Nadhif

Gagasan ini dimuat Harian Solopos edisi Senin (20/11/2017). Esai ini karya Abu Nadhif, jurnalis Solopos. Alamat e-mail penulis adalah abu.nadhif@solopos.co.id.

Solopos.com, SOLO–Tema besar tulisan ini sebenarnya tentang sepak bola. Sebagai penggemar berat sepak bola–termasuk Liga Indonesia–sepekan lalu hati saya sangat nggondok luar biasa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Betapa tidak? Setelah menyaksikan pertandingan super ketat selama delapan bulan penuh, tiba-tiba sang juara diputuskan melalui tambahan tiga poin secara cuma-cuma menjelang akhir liga. Benar-benar antiklimaks!

Secara kebetulan, ketika sedang menyiapkan tulisan ini Ketua DPR, Setya Novanto, membuat heboh orang se-Indonesia, mungkin juga orang-orang di negeri lain.  Ya sudah, sekalian saja saya hubung-hubungkan tulisan saya dengan Papa Nov, demikian sapaan populer Setya Novanto saat ini. Siapa tahu tulisan saya ikut ngehits….

Ekspedisi Mudik 2024

Kesamaan kasus sepak bola Liga 1 Indonesia dengan akrobat Papa Nov adalah: sama-sama menyebalkan! Saya saat ini bingung, antara kasihan dan berempati, atas kondisi Papa Nov yang konon kabarnya benjol di kepalanya sebesar bakpao atau gemas dan marah atas pertunjukan sinetron politik yang bikin perut mual pengin muntah.

Nurani jelas mengarahkan saya untuk mendoakan Papa Nov segera sembuh. Pendidikan karakter yang menempa saya sejak kecil membuat saya harus mendoakan orang yang sedang tertimpa musibah, tapi benarkah Papa Nov tertimpa musibah?

Ketika pertanyaan ini mulai muncul, rasa sebal yang menguasai pikiran. Sebelas kali mangkir dari pemeriksaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), menghilang dua hari, lalu diberitakan terluka serius akibat mobil Toyota Fortuner B 1732 ZLQ miliknya menabrak tiang listrik.

Selanjutnya adalah: Di internal Toyota berlangsung diskusi sengit…

Diskusi sengit

Bisa jadi di internal Toyota saat ini sedang berlangsung diskusi sengit. ”Kok bisa mobil perkasa nan kokoh dibikin mlenyek oleh cagak ting (Jawa) yang hanya berdiameter 20 cm, padahal dalam beberapa kasus kecelakaan serupa cagak ting-nya yang roboh diterjang mobil berukuran lebih kecil daripada Fortuner.”

Secara bisnis, menurut saya, kasus kecelakaan Papa Nov merugikan Toyota. Konsumen Fortuner pantas bingung atau lebih tepatnya khawatir. Mobil gagah yang mereka punyai dan dimiliki pula oleh ribuan orang lainnya di lebih dari 50 negara di dunia ternyata tak berdaya di hadapan tiang listrik mini.

Setidaknya, seorang konsumen, Indra Hadiwidjaja telah mewakili kekhawatiran itu. Ia membuat surat terbuka di laman Facebook. Indra mempertanyakan kepada Toyota tentang keamanan mengendarai Fortuner.

PT PLN saat ini mungkin juga bingung. Tak disangka tiang listrik kecil hasil produksi mereka bisa sekuat itu. Lampu di tiang itu tetap menyala kendati tertabrak Fortuner. Sekadar perbandingan, kawan sekantor saya dulu pernah mengalami kecelakaan serupa.

Mobilnya—yang lebih kecil dari Fortuner—menabrak tiang lampu di jalan Solo-Semarang. Saat itu lampunya rontok ke jalan. Mobilnya mlenyok. Pasti banyak yang bingung bagaimana dan dari mana benjolan sebesar bakpao di kepala Papa Nov muncul?

Bukankah berdasarkan keterangan resmi polisi, saat itu Papa Nov duduk di jok belakang? Sopir dan ajudannya yang duduk di depan saja baik-baik saja, kok bisa dia terluka parah dan tak sadarkan diri?

Pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu yang sering menjadi penyuluh cara mengemudi membuat analisis singkat berdasarkan kondisi fisik kerusakan mobil Fortuner Papa Nov.

Dari penampakan kerusakan tersebut, kata Jusri, kecepatan Fortuner saat menabrak tiang listrik diperkirakan hanya 20 km/jam atau di bawahnya. Jika analisis ini benar, Papa Nov cocok ikut casting sinetron.

Liga 1 Indonesia yang super ketat sejak dimulainya laga perdana pada awal April dan menjadi antiklimaks pada pertandingan terakhir pekan lalu. Bali United yang sudah unggul dua poin atas Bhayangkara FC harus menerima nasib finis di peringkat kedua.

Selanjutnya adalah: Komisi Disiplin PSSI…

Komisi Disiplin

Komisi Disiplin Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) memberi tambahan tiga poin untuk Bhayangkara FC atas dipakainya pemain yang sedang menjalani skorsing dua pertandingan oleh Bali United, yaitu Mohammed Sissoko, kala klubnya, Mitra Kukar, menjamu klub milik Kepolisian Republik Indonesia itu.

Klub Jawa Timur yang juga berpeluang juara, Madura United, ikut marah besar. Manajer Madura United, Haruna Sumitro, menyebut Liga 1 yang sangat ketat berubah menjadi liga guyonan.

”Ternyata poin tidak perlu lagi didapatkan di lapangan dengan kerja keras, cukup dari atas meja. Selamat kepada Bhayangkara FC yang telah menjuarai liga guyonan ini,” sindir Haruna.

Belakangan setelah bertemu dengan PSSI, manajemen Madura United dan Bali United melunak dan menerima keputusan Komisi Disiplin. Banyak penggila bola—termasuk saya–yang juga bingung dengan hasil akhir Liga 1 yang sebenarnya merupakan kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Lucu dan menggemaskan, antiklimaks!



Bagaimana dengan Sissoko, sosok yang membuat heboh atas  vonis walk out (WO) untuk Mitra Kukar kala menjalani pertandingan pada 3 November melawan Bhayangkara FC yang sebenarnya berkesudahan imbang 1-1 tersebut?

Sissoko yang kini telah kembali ke negaranya, Mali, mungkin juga sedang bingung dengan geger di Indonesia. Eks pemain Juventus itu tak menyangka pertandingan terakhir yang diikutinya menyebabkan sepak bola Indonesia gempar.

Pemain yang bersinar kala membela Liverpool itu pun meminta maaf melalui Twitter. Keanehan dan kebingungan lainnya adalah tentang selebrasi. Mungkin baru  di Indonesia perayaan juara sebuah klub kalah oleh perayaan klub di peringkat di bawahnya.

Dalam pertandingan terakhir, 11 November lalu, Bhayangkara FC dinobatkan sebagai juara Liga 1 2017, namun tak ada selebrasi di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi. Pendukung mereka adalah polisi dan keluarga mereka yang tentu saja kalah jauh dari histeria suporter klub lain yang jumlahnya puluhan ribu orang.

Selanjutnya adalah: Saat pemain dan ofisial mengangkat trofi…

Mengangkat trofi

Saat pemain dan ofisial Bhayangkara FC mengangkat trofi, stadion memang penuh sesak oleh penonton, tapi mereka bukan pendukung Bhayangkara, melainkan suporter Persija Jakarta yang berpesta lantaran tim pujaan naik ke peringkat empat besar liga dan bakal bermain di kancah Asia seusai menang 2-0 atas Bhayangkara.

Di tempat lain pada saat yang sama, puluhan ribu pendukung Bali United berpesta dalam duka. Sorak sorai mereka di Stadion I Wayan Dipta menjadi pelipur lara setelah Serdadu Tridatu (julukan Bali United) ”dipaksa kalah” dari Bhayangkara FC.

Poin Bali United sama dengan Bhayangkara, 68, tapi mereka kalah head to head meski unggul selisih gol.  Walaupun hanya finis di posisi kedua, pesta Bali United lebih heboh. Seisi stadion bergemuruh seolah meluapkan amarah.

”Semua juga tahu siapa juara sesungguhnya,” kata striker Bali United, Irfan Bachdim, di panggung. Ia mungkin masih bingung dengan sepak bola di Indonesia. Sabar ya, Irfan. Jangan bandingkan sepak bola Indonesia dengan sepak bola di Belanda atau Jepang yang pernah kau lakoni. Di sini memang beda.

Kebingungan saya tentang sepak bola Indonesia belum berakhir. Meski tampil sebagai jawara, Bhayangkara FC ternyata tidak bisa mewakili Indonesia di pentas Asia. Mereka tidak lolos verifikasi Federasi Sepak Bola Asia (AFC) untuk pertandingan level Asia.

Sebagai ganti Bhayangkara FC, AFC memilih Bali United. Pendamping Bali United ke level Asia bukan PSM Makassar yang berada di peringkat ke-3 melainkan Persija Jakarta (peringkat ke-4). PSM juga tak lolos verifikasi AFC.

Itulah alasan kenapa pesta Bali United dan Persija Jakarta lebih meriah kendati mereka bukan jawara liga tertinggi di Indonesia. Banyak drama di negeri ini. Mari kita saksikan drama demi drama itu dengan penuh kesabaran. Tiba-tiba saya ingin kembali menonton film Alangkah Lucunya Negeri Ini karya Deddy Mizwar yang ngehits pada 2010. Sekian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya