SOLOPOS.COM - Suseno Hadi Parmono (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SOLO — Serat Kalatidha yang ditulis Ronggowarsita pada 1860 silam menjadi pijakan Padepokan Gedhong Putih untuk menggelar bincang budaya dengan tema Membangun Jati Diri Bangsa, di padepokan yang berada di Dusun Bonorejo, Desa Plesungan, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Kamis (21/11/2013) malam.

Amenangi zaman edan,
Ewuhaya ing pambudi,
Melu ngedan nora tahan,
Yen tan melu anglakoni,
Boya keduman melik,
Kaliren wekasanipun,
Ndilalah kersa Allah,
Begja-begjaning kang lali,
Luwih begja kang eling klawan waspada.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kalatidha itu kembali ditafsirkan Padepokan Gedhong Putih sebagai zaman edan yang ditandai dengan empat kejadian. “Kala itu ditandai dengan praja yang tidak baik, raja yang tidak baik, brahmana yang tidak baik, dan sentara yang punya tujuan tidak baik,” terang Sesepuh Padepokan Gedhong Putih, Suseno Hadi Parmono, ketika berbincang dengan Solopos.com, Senin (25/11/2013) siang.

Masyarakat yang tinggal di zaman yang serba tidak memungkinkan ini, lanjutnya, kemudian menemukan titik terang setelah masyarakat dan pemimpinnya menjalani pertobatan masal. “Setelah mendapatkan karma kolektif, mereka semua total menyerahkan diri. Dari sana lahir masa depan baru,” ujarnya.

Bincang budaya yang turut dihadiri Calon Presiden Wiranto ini, diikuti 300 orang yang terdiri dari anggota Padepokan Gedhong Putih, pemerhati budaya, dan anggota keluarga Wiranto. Selain membedah Kalatidha yang merepresentasikan kondisi masa kini, sarasehan ini turut membahas sosok pemimpin ideal yang bisa membawa bangsa keluar dari zaman edan.

“Dalam sejumlah pembahasan, padepokan kami membuat kriteria formula pemimpin bangsa yang baik dan bisa menggiring kita keluar dari Kalatidha, antara lain pemimpin harus memiliki kehendak damai, harus ada perasaan tidak membedakan yang lain, dan memiliki pemikiran untuk berkeadilan dan beradab yang berketuhanan. Kalau ingin menjadi pemimpin ke depan, harus punya kriteria tersebut, termasuk Pak Wiranto,” tandasnya.

Penanggung jawab acara, Priyono, menambahkan meskipun sarasehan budaya ini turut dihadiri sosok capres, pihaknya memastikan acara yang dikemas dalam nuansa kekeluargaan ini bebas dari unsur kampanye. “Kehadiran Pak Wiranto dalam acara ini tidak berniat kampanye. Beliau hanya silaturahmi dengan sejumlah budayawan di sini dan mohon izin untuk maju sebagai pemimpin dan memperbaiki moral bangsa. Kalau menjadi pemimpin kelak, perbaikan moral akan diawali di Solo karena di sini tempat beliau dibesarkan,” pungkasnya.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya