SOLOPOS.COM - Pengelola Taman Winasis Mini Edu Park Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Solo, Wiyono, Sabtu (1/4/2023). (Solopos.com/Maymunah Nasution).

Solopos.com, SOLO – Area rumah pemotongan hewan di Jagalan itu tampak sepi dari luar pada Sabtu (1/4/2023).

Namun, setelah Solopos.com masuk lewat gerbang belakang, tersingkaplah kehidupan “lain” di taman Winasis, tepatnya di Mini Edu Park dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Solo tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kehidupan yang ada bukanlah aktivitas administratif pegawai Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Solo, melainkan ribuan larva maggot yang memakan sisa makanan dan sampah organik.

Larva maggot dibudidayakan oleh para pegawai Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Solo. Maggot akan tumbuh menjadi pupa lalu menjadi lalat, tetapi bukan lalat hijau yang selalu membuat manusia bergidik.

“Namanya lalat black soldier fly atau biasa disebut BSF,” kata pembudidaya lalat BSF di taman Winasis, Wiyono, Sabtu (1/4/2023).

Wiyono tampak antusias menceritakan fase hidup lalat-lalat yang dia budidayakan. Dia bercerita, lalat BSF betina dewasa tidak akan makan setelah bertelur dan akan langsung mati.

Sehari-hari, Wiyono mengatur suhu tempat tinggal lalat BSF agar mereka tetap bereproduksi seperti biasa. Sebelum menjadi lalat, maggot menjadi pupa yang membutuhkan tempat gelap agar lebih cepat menjadi lalat.

Lalat-lalat itu juga hanya mau bertelur di tempat yang berbau menyengat, sehingga tempat mereka ditangkarkan itu gelap, berbau menyengat, tetapi masih bisa mendapat cahaya matahari.

Wiyono dengan antusias menunjukkan kondisi telur lalat BSF yang berwarna putih kekuningan menempel di tumpukan kayu.

Telur-telur itu kemudian dipindahkan ke tempat mereka ditetaskan, yaitu di atas bak berisi dedak. Agar telur tidak lembab karena dedak yang basah, Wiyono mengakalinya dengan membuat tirisan di antara telur dan dedak.

“Setelah menetas, mereka akan jatuh dan memakan dedak itu, kemudian dua pekan setelah menetas, mereka bisa memakan sampah organik,” ujar Wiyono. Ia lalu menunjukkan kepada saya kondisi magot yang sudah berumur 0-18 hari dalam suatu bak berukuran 1 x 0,5 meter persegi.

Di dalam bak tersebut, tampak ribuan maggot dewasa gemuk-gemuk dengan panjang tidak lebih dari satu ruas jari kelingking, bercampur antara yang berwarna putih kecoklatan dan warna menghitam.

Dalam bak tersebut juga ada sampah organik yang sudah menghitam, yang disebut Wiyono sebagai bekas magot atau kasgot.

Seperti halnya bahan organik lainnya, kasgot masih lembab dan lengket, tetapi Wiyono biasa mengeringkannya untuk kemudian dijadikan pupuk organik. Sementara magot yang masih hidup di dalam bak dia pakai untuk memberi makan unggas dan ikan.

“Jauh lebih murah ini daripada pakan pelet, dan ayam-ayam kami lebih doyan magot,” ujar Wiyono sembari tersenyum. Dia juga menambahkan pengolahan pupuk organik dengan magot hanya memerlukan waktu kurang dari seminggu.

Namun keuntungan memelihara telur lalat sampai menjadi larva tidak hanya untuk pakan ternak yang bisa dijual.

Maggot tumbuh dengan cepat dan tanpa membutuhkan pemeliharaan khusus. Telur lalat BSF perlu waktu 3-4 hari untuk menetas, kemudian bayi larva tumbuh selama 7 hari untuk menjadi larva dewasa.

Larva dewasa kemudian hanya butuh kurang lebih 3 hari untuk menjadi prepupa, lalu satu pekan kemudian menjadi pupa yang sudah tidak bergerak selama 7 hari. Setelah itu pupa berubah menjadi lalat BSF yang tidak makan selama hidup, dan rata-rata hidup selama 7-14 hari.

Kemudian BSF jantan dan betina kawin, lalu 2-3 hari setelahnya BSF betina akan bertelur. Uniknya, lalat BSF betina mati setelah bertelur, sedangkan lalat BSF jantan mati setelah kawin.

Siklus hidup lalat ini berlangsung selama 40 hari dengan tidak memerlukan modal yang cukup mahal. Namun perlu disiasati kebutuhan sampah organik untuk kebutuhan makan maggot.

Wiyono mengatakan 5 gram telur maggot membutuhkan 5-10 kg sampah organik per hari.

Keunggulan dan manfaat magot BSF antara lain mengurai bahan organik lebih cepat dibandingkan dengan mikroba yang biasanya melalui pengomposan, kemudian menjadi teknologi hayati dalam pengolahan sampah organik, dapat mengontrol bau dan hama, serta mampu mengurangi emisi gas rumah kaca saat dekomposisi sampah.

Namun masih ada kendala dalam memelihara maggot untuk sumber pakan ternak dan upaya mengurangi sampah organik.

Wiyono mengatakan masyarakat masih kurang antusias dengan pakan ternak magot segar dan masih lebih menyukai pakan pelet. Sementara itu, untuk budi daya maggot dianggap masyarakat cukup sulit karena ada kemungkinan overproduksi maggot.



“Mereka takut setelah produksi banyak, maggot tidak terjual. Memang ada teknologi pengolahan maggot agar menjadi maggot kering dan dicampur sebagai bahan pelet, tetapi mesinnya mahal,” papar Wiyono.

Tantangan berikutnya adalah bahan makanan maggot berupa sampah organik harus dicari. Wiyono mengatakan kesulitan mencari sampah organik adalah karena bersaing dengan para pengepul sampah yang kemudian menjual kembali sampah mereka.

Kebanyakan menjual sampah di area TPA Putri Cempo, Mojosongo. Dengan kesal, Wiyono mengatakan jika harus membeli sampah organik dari para pengepul, modal budidaya maggot jadi lebih mahal.

Wiyono menjelaskan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian bekerja sama dengan Alila Hotel Solo dalam pengolahan sampah organik menggunakan larva lalat BSF.

Setiap harinya tim Wiyono menjemput sampah makanan dari Alila Hotel Solo untuk kemudian jadi bahan makanan maggot. Imbasnya, pupuk organik dari kasgot mereka dipakai Alila Hotel Solo untuk budidaya tanaman sayuran di rooftop hotel bintang lima tersebut.

Wiyono berpendapat hal tersebut bisa menjadi win-win solution bagi pihak Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian beserta perusahaan seperti Alila Hotel Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya