Harianjogja.com, JOGJA-Berbicara mengenai dunia Arab, biasanya yang terlintas dalam benak sebagian kalangan adalah melulu soal Islam. Padahal, ada banyak hal yang bisa digali dari wilayah ini, termasuk di bidang seni.
Menjembatani hal itu, dalam Biennale Jogja XII Equator #2, Yayasan Biennale Jogja yang mengusung tema Not a Dead End menghadirkan perjumpaan antara karya-karya seni dari seniman Indonesia dengan para seniman dunia Arab yang berasal dari lima negara yakni Arab Saudi, Mesir, Oman, Uni Emirat Arab dan Yaman.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Dalam jumpa pers di Jogja Nasional Museim, Wirobrajan, Sabtu (16/11/2013), Yustina Neni, Direktur Yayasan Biennale Jogja, mengatakan pameran seni rupa tersebut diikuti 35 seniman dari Indonesia serta lima negara arab seperti Ahmed Mater (Arab Saudi), Dina Danish, Hassan Khan, dan Magdi Mostafa (Mesir), Radhika Khimji (Oman).
“Sebagai formulasi ulang gagasan Biennale Jogja, dalam waktu 10 tahun, sampai 2022, Biennale Jogja meluncurkan seri Biennale Equator. Dalam penyelenggaraan setiap dua tahun, Biennale Jogja akan bermitra dengan satu atau lebih negara atau kawasan yang dilalui garis khatulistiwa,” kata dia.
Kurator biennale, Agung Hujatnikajennong, mengatakan pameran ini dilaksanakan melalui jalur kolaborasi, pertukaran dan perjumpaan di antara karya-karya seni, para seniman beserta gagasannya.
Untuk mendukung biennale kali ini, penyelenggara juga menggelar kegiatan pararel event yakni Artist Talk di Sarang Building dan Langgeng Art Foundation, Minggu (17/11/2013) pukul 11.00 WIB , Biennale Forum berupa dialog mengenai peta kesenian Indonesia dan Arab di Taman Budaya, Senin (18/11/2013) pukul 09.00 WIB, serta peluncuran simposium katulistiwa di Universitas Duta Wacana, Selasa (19/11/2013) pukul 09.00 WIB.
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
