SOLOPOS.COM - Suasana pembukaan seminar internasional tentang pengasuhan anak, Rabu (15/11/2017). (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Kementrian pendidikan se-Asia Tenggara bahas pengasuhan anak.

Harianjogja.com, SLEMAN — Kementrian Pendidikan se-Asia Tenggara menggelar pertemuan ilmiah seminar internasional dengan tema Childrens Well-Being and Effective Parenting in thea Digital Area di Royal Ambarukmo, Depok Sleman pada Rabu (15/11/2017) hingga Jumat (17/11). Kegiatan itu digelar sesuai dengan visi yang diemban oleh organisasi menteri pendidikan Asia Tenggara atau Southeast Asian Ministers of Education Organisation (SEAMEO) Regional Centre for Early Chilhood Care Education and Parenting (CECCEP).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Direktur Sekretariat SEAMEO CECCEP Gatot Hari Priowirjanto menjelaskan, 11 menteri pendidikan se-Asia Tenggara telah menyepakati tujuh prioritas penanganan pendidikan dari 2015 hingga 2035, salah satunya adalah pengasuhan anak. Indonesia sendiri saat ini menjadi pusat pendidikan anak usia dini untuk Asia Tenggara. Dalam proses itu, pihaknya melakukan sinergi dengan Kementrian Pendidikan di Asia Tenggara dalam menangani persoalan pengasuhan anak.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kami bisa mengadopsi dari Thailand, Philipina dan lainnya untuk diterapkan dan sebaliknya. Kami berharap SEAMEO CECCEP ini sebagai leader untuk koordinasinya. Sinergi antar negara kami siapkan,” terangnya di sela-sela seminar di Jogja, Rabu (15/11/2017).

Ia mencontohkan, Thailand telah memulai wajib belajar 15 tahun yang di dalamnya telah memasukkan PAUD. Anak usia dini diajak untuk bermain dan bermimpi menjadi ilmuwan sejak umur tiga tahun sehingga meningkatkan motivasi anak menjadi ilmuwan. Ia berharap 10 tahun ke depan SEAMEO CECCEP ini bisa menjadi leader tidak hanya di Asia namun juga Afrika. Oleh karena itu, dalam seminar tersebut sengaja mengangkat tema tentang pengasuhan anak di era digital.

“Dalam hal ini guru [PAUD] sangat sensitif sekali, karena dari cerita guru sangat membekas di hati anak dan itu terbawa sampai tua. Apalagi saat ini perkembangan teknologi terjadi sangat cepat,” kata dia.

Selain itu, seminar itu juga diharapkan menjadi media dialog tentang pengalaman dan praktik terbaik pelaksanaan PAUD dan pendidikan keluarga yang mendukung terhadap peningkatan pembangunan manusia di kawasan Asia Tenggara. Sekaligus meningkatkan pemahaman dan komitmen kerja sama antar pemangku kepentingan PAUD dan pendidikan keluarga serta memperluas akses pelaksanaan pendidikannya. “Seminar diikuti oleh 300 peserta dari berbagai negara, mulai dari praktisi pendidikan, akademisi dan pemangku kepentingan di PAUD dari dalam dan luar negeri,” kata dia.

Dirjen PAUD dan Pendidikan Masyarakat Kemendikbud Harris Iskandar menambahkan, prinsip dari dilaksanakannya kegiatan SEAMEO CECCEP adalah untuk kepentingan terbaik anak, kemudian sensitif budaya dan gender serta responsif sosial. Kegiatan itu dinilainya akan bermanfaat bagi anak, orang tua, keluarga, pemerintah hingga pengambil keputusan. Pihaknya sepakat jika digalakkan wajib belajar untuk jenjang PAUD seperti halnya Thailand. Akan tetapi, program wajib belajar itu tidak bisa mengikat sehingga bagi yang tak melaksanakan pun tak dikenai sanksi.

“Kita bersama 123 negara sudah sepakat akan mengimplementasikan SDGs [sustainable development goals] sampai 2030. SDGs keempat itu tentang layanan pendidikan bagi laki dan perempuan, nah di dalam poin [SDGs keempat poin kedua] itu ada khusus untuk PAUD. Di Indonesia sudah ada Perpres 59/2017. Jadi pra SD minimal mendapatkan pendidikan satu tahun,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya