Selasa, 27 September 2011 - 07:32 WIB

Bibit: Untuk apa saling menyakiti...

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bibit Waluyo (Dok.SOLOPOS)

Bibit Waluyo (Dok.SOLOPOS)

Semarang (Solopos.com)–Gubernur Jateng, Bibit Waluyo, prihatin atas kejadian bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo yang menyebagkan puluhan korban menderita luka.

Advertisement

”Saya sangat prihatin dan berharap kejadian ini tak terulang lagi. Sudah, akhiri saja, untuk apa. Tak baik, karena mencederai kawan sendiri,” katanya kepada wartawan seusai menghadiri rapat paripurna DPRD Jateng di Jl Pahlawan, Kota Semarang, Senin (26/9/2011).

Untuk mencegah agar aksi terorisme tak terjadi lagi, menurut Gubernur harus diawali dengan kesadaran dari dalam pribadi masing-masing masyarakat, bahwa melukai atau pun membunuh orang lain itu perbuatan salah.

Tanpa adanya kesadaran demikian, dikhawatirkan begitu masyarakat lengah kejadian serupa bisa terulang lagi, karena terorisme itu patah tumbuh hilang berganti.

Advertisement

Gubernur juga mengajak masyarakat waspada terhadap semua orang asing di lingkungan masing-masing.

”Jangan hanya diam jika ada orang asing yang mencurigakan. Segera laporkan ke petugas Polri atau TNI, supaya bisa dilakukan langkah pencegahan.”

Kepala Staf Kodam (Kasdam) IV/Diponegoro, Brigjen TNI Nugroho Widyotomo, secara terpisah menyatakan ikut bersedih atas peristiwa bom bunuh diri di Solo, kota yang selama ini dikenal sebagai kota wisata yang aman dan tenteram.

Menurut Kasdam, apa pun alasannya, tindakan bom bunuh diri dari sudut pandang agama tak bisa dibenarkan.

Advertisement

”Aksi bom bunuh diri ini merusak empat pilar negara yakni Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika.”

Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang, Romo Aloys Budi Purnomo, meminta seluruh umat beragama menumbuhkan kerukunan antarumat beragama pascapeledakan bom di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Solo, Minggu (25/9/2011).

“Rasa khawatir tidak kami kembangkan, tetapi kami menyerukan agar semua pihak berupaya mengembangkan kerukunan antarumat beragama,” katanya di Semarang, Senin.

Ia mengatakan peledakan bom di GBIS Solo telah merusak ketenangan, kerukunan dan perdamaian masyarakat setempat.

Advertisement

Oleh karena itu, selain kerukunan antarumat beragama yang harus terus dikembangkan, petugas keamanan dan badan intelijen harus bekerja lebih profesional serta bertanggung jawab. “Seharusnya kita sebagai negara ber-Pancasila malu jika masih ada tempat ibadah menjadi sasaran peledakan bom.”

Menurutnya, aparat keamanan harus sigap menjamin keamanan dan melindungi masyarakat dari ancaman terorisme. “Tindak kekerasan janganlah dijadikan solusi untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi di negeri ini.”

Minggu sore, tambah Romo Aloys, di Gereja Katolik Hati Kudus, Tanah Mas, Semarang juga digelar doa perdamaian, selain menyalakan lilin perdamaian dan doa bagi korban peledakan bom di GBIS Solo.

“Kami berharap tidak ada provokasi dan tidak ada balas dendam, tetapi lebih mengedepankan pengampunan dan kerukunan antarumat beragama. Mari bergandengan tangan mewujudkan kerukunan lintas iman di negeri ini,” ajaknya.

Advertisement

Pada Selasa (27/9/2011) ini, Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Semarang berencana membahas masalah masih adanya ancaman bom di Indonesia.

“Soal tempat dan waktu, masih kami koordinasikan,” tutup Romo Aloys Budi Purnomo.

Di Blora, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jateng, Abu Hapsin, menegaskan bakal terus berupaya mendorong dialog antarumat beragama untuk mewujudkan kerukunan antarwarga di Jateng pascaledakan bom bunuh diri di GBIS Solo.

“Dialog antarumat beragama akan menjadi kunci agar umat beragama bisa saling menghormati dan lebih toleran,” sambung Abu Hapsin seusai menghadiri sarasehan kerukunan umat beragama di Blora, Senin.

Menurut Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng itu, melalui dialog, antarumat beragama bisa saling memahami. Apalagi, tidak ada satu pun agama yang mengajarkan kekerasan dan menebar kebencian kepada umat lain.

Ketertutupan sikap untuk memberikan ruang kepada kelompok lain, sambungnya, cuma akan berujung pada sikap eksklusif. Jika itu yang terjadi, kehidupan beragama yang harmoni bakal sulit dicapai. “Dialog antarumat beragama akan terus kami upayakan melalui setiap FKUB di masing-masing kabupaten.”

Advertisement

Namun, ia mengingatkan dalam pengupayaan dialog, setiap kelompok umat beragama harus pula disiapkan menerima sejumlah hal pokok. “Antara lain, dalam dialog, setiap kelompok umat beragama harus bersedia mendengar penjelasan tentang kebenaran ajaran agama lain yang mereka klaim, bukan memotret dan memperbandingkannya dengan agamanya sendiri, lantas menghakiminya.”

Selain mengupayakan dialog antarumat beragama, FKUB, kata dia, akan mengingatkan kembali umat tentang perlunya menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam beragama. “Hak setiap umat adalah kebebasan memeluk suatu agama dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya.”

Setiap umat beragama juga wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sebagaimana ditetapkan undang-undang. Ia menambahkan setiap umat beragama sebisa mungkin harus berupaya menjaga keseimbangan antara keharusan bersikap toleran dengan keteguhan memegang prinsip.

“Semangat beragama juga harus diimbangi dengan kemampuan memahami ajaran agama secara komprehensif,” pungkas Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Jateng itu. Abu Hapsin juga menyesalkan masih ada orang melakukan tindakan keji semacam itu. “Alasan dan dalil apapun tidak bisa membenarkan tindakan itu.”

(oto/Ant)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif