SOLOPOS.COM - Penampakan salah satu tugu perguruan silat yang berdiri di tepi jalan Ring Road Selatan Sragen, tepatnya di wilayah Mojo, Sragen, Jumat (26/6/2020). (Solopos/Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN -- Ada alasan lain yang membuat warga Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Sragen keberatan tugu dirobohkan, yakni biaya bikin tugu yang mahal. Untuk membuat tugu PSHT berukuran besar, warga PSHT menghabiskan duit hingga Rp25 juta.

Biaya mahal itu rela dikeluarkan sebab warga PSHT Sragen percaya tugu merupakan simbol kebesaran nama perguruan silat tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seorang warga Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) asal Masaran, Sragen, Sugiyamto, mengatakan dirinya menerima aspirasi dari bawah yang menyampaikan warga PSHT tetap berkomitmen untuk mempertahankan tugu tersebut.

Lingkungan Tak Steril, Anak-Anak Solo Rentan Terpapar Covid-19

Dia menjelaskan pembangunan tugu PSHT bisa menelan dana Rp8 juta hingga Rp10 juta untuk satu tugu. Bahkan, untuk tugu yang berukuran besar bisa menghabiskan biaya Rp25 juta. “Hampir mayoritas warga [PSHT] menghendaki tugu tidak dibongkar,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com di Sragen, Sabtu (27/6/2020).

Menurut pria yang juga legislator itu merobohkan tugu PSHT bukanlah solusi. Justru, polisi harus fokus menindak oknum yang membuat keributan.

Diberitakan sebelumnya, Kapolres Sragen AKBP Raphael Sandhy Cahya Priambodo berencana merobohkan 206 tugu perguruan silat di Sragen.

Terkuak! Pemuda Boyolali Pelaku Tabrak Lari di Depan DPRD Solo Sempat Tolong Korban Sebelum Kabur

Kesepakatan Tiga Perguruan Silat

Kesepakatan itu terjadi saat Kapolres mengumpulkan pimpinan tiga perguruan silat di hadapan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) di Ruang Sukowati, kompleks Setda Sragen, Jumat pagi.

Tiga perguruan silat yang hadir pada kesempatan itu adalah PSHT Sragen kubu Jumbadi, PSHT Sragen kubu Surtono, dan Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia (IKSPI) Kera Sakti Sragen yang diketuai Waluyo.

Belakangan, tiga kubu perguruan silat di Bumi Sukowati itu memang kerap terlibat perseturuan. Pertemuan itu menyepakati pembongkaran lebih dari 206 semua perguruan silat yang ada di Bumi Sukowati.

Yuk Intip Perbedaan KRDE Prameks dan KRL Jabodetabek

Langkah itu ditempuh demi menanggulangi aksi pengrusakan tugu perguruan silat yang belakangan marak terjadi di Bumi Sukowati. Yang terbaru, sekitar 20 orang merusak sebuah tugu yang menjadi simbol perguruan silat PSHT di Dukuh Karangweru, Desa Krikilan, Kecamatan Masaran, Sragen, pada Jumat (26/6/2020) dini hari.

“Tugu itu merupakan sombol kebesaran perguruan pencak silat yang dibangun secara swadaya dengan biaya tinggi. Bila ada permasalahan antarperguruan mestinya yang ditindak itu oknumnya bukan tugunya. Oknum keributan dipanggil dan diproses,” tegas Sugiyamto.

Sayonara Prameks, Welcome KRL Solo-Jogja

Dia menyatakan semua masalah tersebut mestinya berpijak pada landasan hukum. Menurut Sugiyamto, munculnya permasalahan tersebut sebenarnya ketika ada hajatan warga yang disertai dengan hiburan. Kemudian ada oknum yang membuat keributan.

Sugiyamto khawatir jika perobohan tugu dilakukan, makan eksistensi padepokan perguruan silat juga akan terancam. “Kalau rencana itu [perobohan tugu] dibiarkan, saya khawatir bukan hanya tugunya yang dirobohkan tetapi padepokan juga bisa dirobohkan,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya