SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Madiunpos.com, SURABAYA — Arus kas keluar (cash outflow) di Jawa Timur pada tahun lalu sebagaimana tercatat oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Timur lebih rendah dibandingkan arus kas masuk (cash inflow).

Deputi Kepala Perwakilan BI Jatim, Yudi Harimukti, mengatakan arus kas yang bersifat uang kartal atau uang yang keluar masuk dari perbankan ke BI dan sebaliknya ini tahun lalu mengalami net inflow Rp8,3 triliun. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan net inflow pada 2017 yakni Rp6,5 triliun.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Jadi tahun lalu naturnya provinsi Jatim ini lebih banyak uang yang masuk dari pada yang kita keluarkan ke bank. Tahun lalu cash outflow Jatim itu Rp98,1 triliun, sedangkan cash inflow Rp106,4 triliun sehingga masih net inflow Rp8,3 triliun,” katanya kepada Bisnis/JIBI, Kamis (28/2/2019).

BI mencatatkan arus kas yang masuk pada 2017 di seluruh Provinsi Jatim mencapai Rp98,4 triliun. Sedangkan arus kas yang keluar mencapai Rp91,9 triliun sehingga terjadi net inflow 6,5 triliun.

Sementara khusus di Surabaya dan sekitarnya pada 2017 tercatat ada cash outflow Rp48,4 triliun dan cash inflow Rp50 triliun sehingga terjadi net inflow Rp1,6 triliun. Namun, di wilayah ini pada 2018, net inflow turun menjadi Rp1,1 triliun, yakni tercatat cash inflow mencapai Rp54,1 triliun sedangkan arus kas keluar Rp52,9 triliun.

Investasi dan Belanja

Menurut Yudi, Jatim merupakan pusat ekonomi di wilayah timur Indonesia sehingga banyak uang yang masuk, baik dari segi investasi maupun untuk berbelanja. Setiap daerah memiliki cash flow yang berbeda, seperti di kota yang memiliki perwakilan BI yakni Surabaya, Malang, Kediri dan Jember itu mengalami net inflow.

“Surabaya memang pusat ekonomi. Orang di kawasan Indonesia Timur datang dan belanja ke Surabaya, ada juga pekerja asal Jatim yang bekerja di luar pulau, lalu mereka kembali ke Jatim,” kataya.

Dia memaparkan, kondisi cash outflow akan naik tinggi sampai 10% – 15% pada momen-momen tertentu terutama sebelum Lebaran serta liburan Natal dan Tahun Baru. Khusus selama Januari–Februari ini ada pola yang berbeda, yakni lebih banyak uang yang masuk.

“Akhir tahun seperti Natal dan Tahun Baru banyak uang yang keluar, tapi awal tahun kembali inflow. Nanti pada saat mendekati Lebaran Mei-Juni 2019 pasti akan banyak yang keluar, dan bank-bank mulai banyak mengisi uang di mesin ATMnya,” jelasnya.

Yudi mengatakan selain faktor Lebaran, momen pemilihan umum juga menjadi tambahan faktor penyebab meningkatnya cash outflow, hanya saja BI tidak terlalu spesifik dalam mengategorikan faktor penyebab tersebut.

“Yang pasti pertumbuhan ekonomi Jatim nanti yang akan men-drive kebutuhan uang, termasuk kebiasaan masyarakat untuk berlebaran, kalau misalnya ada tambahan pemilu itu wajar saja,” katanya.

Meski begitu, lanjut Yudi, faktor infrastruktur yang terus berkembang di Jatim juga akan mendorong arus kas keluar karena masyarakat bisa dengan mudah mengeluarkan uang untuk bepergian melalui jalan tol Trans Jawa.

“Tapi untuk peredaran uang tunai ini sudah cenderung melandai atau tidak tumbuh karena sejak BI gencarkan program non tunai atau uang elektronik sudah cukup memberikan dampak. Apalagi sekarang 100% jalan tol itu pakai uang elektronik,” imbuhnya.

Saat ini, tambah Yudi, BI Jatim sedang menghitung dan mensurvei kebutuhan uang kartal yang akan beredar di Jatim untuk menyambut momen Lebaran dalam waktu 3 bulan ke depan.

“BI akan menyiapkan kebutuhan uang yang memadai. Kita sedang survei berapa jumlah uang dan pecahan berapa yang dibutuhkan nanti,” imbuhnya.

Silakan KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Madiun Raya 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya