SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta--Bank Indonesia (BI) merevisi kembali target pertumbuhan kredit tahun 2010 menjadi 15% sampai 17%. Semula BI memproyeksikan kredit tahun depan bisa tumbuh di atas 20%.

Demikian dikatakan oleh Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Halim Alamsyah saat membacakan pidato dalam acara Seminar Prospek Industri Keuangan dan Perbankan Tahun 2010 di Gedung LPPI, Jakarta, Senin (30/11).

Promosi Efek Ramadan dan Lebaran, Transaksi Brizzi Meningkat 15%

“Pertumbuhan kredit memang cenderung lambat, sampai akhir tahun 2009 ditargetkan hanya mencapai 5%-7%. Sedangkan pada tahun 2010 akan menjadi lebih baik namun tidak akan setinggi pada tahun 2008 yakni mencapai 11% sampai 17%,” tutur Halim.

Sampai dengan bulan November 2009, Halim mengungkapkan kredit perbankan nasional kembali menurun menjadi 5,6% (year to date ) dibandingkan dengan bulan Oktober sebesar 6%.

“Namun dari sisi permintaan, sektor telekomunikasi, infrastruktur dan agriculture masih tinggi. Ditambah dari sektor konsumsi juga tinggi, terbukti dari undisbursed loan yang meningkat di sektor tersebut,” tambahnya.

Halim juga menambahkan, pada tahun ini likuditas perbankan masih cukup baik. Dari sisi Rasio Kecukupan Modal (CAR) tercatat pada bulan september 2009 sebesar 17% dan meningkat pada bulan November menjadi 17,7 %.

Halim menekankan, BI dalam kebijakannya pada tahun 2010 nanti tetap akan mempertahankan dan mengarahkan perbankan nasional untuk meningkatkan efisiensi.

“Tidak lupa fungsi intermediasi harus terus didorong. Karena saat ini penurunan suku bunga acuan (BI Rate)belum diikuti oleh suku bunga kredit perbankan karena masih
tingginya net profit margin ,” jelasnya.

Sementara itu, sambung Halim, dari sisi Rasio Kredit Bermasalah (NPL) akan lebih meningkat pada tahun 2010 menjadi 4,77 % dari sebelumnya tahun ini yang sebesar
4,24%.

“Sedangkan dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) Sampai akhir tahun 2009 masih akan tumbuh 11%- 13%. Hal ini masih cukup mampu mendukung pertumbuhan kredit ke depannya,” kata Halim.

BI memaparkan tantangan industri perbankan ke depan akan lebih berat seiring dengan pemulihan ekonomi global. Kebijakan BI, lanjut Halim, akan memfokuskan pada relaksasi peraturan yang prudensial menjadi kebijakan yang mengandung insentif, reward , dan punishment.

dtc/isw

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya