SOLOPOS.COM - Ilustrasi inflasi (JIBI/Solopos/Antara)

Bank Indonesia Solo mewaspadai potensi naiknya inflasi akibat kenaikan harga pertalite per 24 Maret lalu.

Solopos.com, SOLO — Kenaikan harga pertalite belum lama ini diperkirakan akan berdampak pada inflasi dan kenaikan harga barang. Namun, dampak tersebut dinilai tidak akan separah jika kenaikan terjadi pada harga bahan bakar bersubsidi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Solo telah menjual pertalite dengan harga Rp7.800 per liter. Di SPBU Manahan misalnya, telah memberlakukan harga baru untuk pertalite sejak Minggu (25/3/2018).

Petugas administrasi SPBU Manahan, Alya Devi, mengatakan kenaikan Rp200 per liter. Harga semula Rp7.600 menjadi Rp7.800 per liter. “Itu harga dari Pertamina,” kata dia kepada wartawan, Senin. (Baca juga:

Menurutnya tidak ada lonjakan pembelian sebelum naiknya harga pertalite. “Masyarakat biasa saja. Tidak banyak yang menanyakan. Tapi kalau ada yang menanyakan kami sampaikan apa adanya,” terang dia.

Setelah penetapan kenaikan harga, menurutnya juga tidak ada perubahan signifikan terkait jumlah penjualan. Setiap hari ada pengisian sekitar 8.000 liter pertalite di SPBU tersebut. Dia mengatakan penurunan omzet diperkirakan lebih karena pengalihan arus di sekitar pembangunan flyover Manahan.

“Itu cukup berpengaruh terhadap omzet. Penurunan bisa mencapai 40 persen,” kata dia.

Berdasarkan pantauan Solopos.com, penerapan harga baru juga terjadi di SPBU lain seperti di daerah Kadipiro. Di lokasi tersebut pertalite juga dijual Rp7.800 per liter.

Berdasarkan informasi yang diunggah di www.pertamina.com, harga Bahan Bakar Khusus (BBK) per 24 Maret 2018 untuk wilayah Jawa Tengah, pertalite Rp7.800 per liter, pertamax Rp8.900 per liter, pertamax turbo Rp10.150 per liter, dexlite Rp8.100 per liter. Sedangkan harga pertamina dex Rp10.100 per liter, solar nonsubsidi dan minyak tanah nonsubsidi masing-masing Rp7.800 per liter dan Rp10.450 per liter.

Pada 24 Februari 2018, harga pertalite masih Rp7.600 per liter. Kemudian minyak tanah nonsubsidi seharga Rp9.600 per liter. Solar nonsubsidi seharga Rp7.600 per liter.

Salah satu warga Sukoharjo, Astri, mengatakan keniakan harga pertalite tersebut cukup berdampak terhadap pengeluarannya. “Tapi mau tidak mau harus dibeli daripada kendaraan saya tidak bisa jalan. Untuk pergi berangkat kerja juga membutuhkan kendaraan,” kata dia.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Bandoe Widiarto, mengatakan kenaikan harga pertalite memiliki potensi mendongkrak inflasi. Menurutnya, sebelumnya kenaikan harga pertalite juga pernah terjadi dari Rp7.500 per liter ke harga Rp7.600 per liter. Tidak lama kemudian naik menjadi Rp7.800 per liter.

“Dari data inflasi kami, pada Februari BBM nonsubsidi sudah memberi andil sekitar 0,33 [persen]. Februari di angka 0,49 [persen]. Angka itu turun dibandingkan Januari. Tapi lebih tinggi dibanding Februari 2017, yang sekitar 0,48 [persen]. Salah satu yang ikut menyumbang adalah pertalite,” kata dia.

Meski memiliki dampak, namun menurutnya dampaknya tidak akan lebih besar dibandingkan jika peningkatan harga tersebut terjadi pada bahan bakar bersubsidi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya