SOLOPOS.COM - Suryono (JIBI/SOLOPOS/Nadhiroh)


Ketua Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia (MAJI) Kabupaten Karanganyar, Giyatno, menjemur jamur kuping di rumah kaca, di Dukuh Jikut Desa Gondang Manis, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar, Selasa (14/8/2012). Rumah kaca itu merupakan bantuan dari Bank Indonesia Solo. (JIBI/SOLOPOS/Nadhiroh)

Kurang lebih setahun lalu, tepatnya 27-29 Juli 2011, 10 anggota Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia (MAJI) Kabupaten Karanganyar mengikuti studi banding ke Balai Penelitian Tanaman Sayuran atau yang lebih dikenal dengan nama Balitsa di Lembang, Bandung.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pada kegiatan yang diprakarsai Bank Indonesia (BI) Solo itu, anggota MAJI juga mendapatkan kesempatan menimba ilmu di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Ketua MAJI, Giyatno menuturkan sejak 2001 sebenarnya sudah merintis budidaya jamur. Namun, baru tahun 2003 mulai banyak petani yang tertarik budidaya jamur.

Ekspedisi Mudik 2024

“Tahun 2011 lalu, kami mendapatkan bantuan rumah kaca dari BI untuk mengeringkan jamur. Rumah kaca itu akan lebih bermanfaat ketika musim hujan. Bagi kami kunjungan ke Balitsa dan ITB justru benar-benar sangat bermanfaat. Kami mendapatkan ilmu banyak dari pusat penelitan dan dari sisi teknologinya,” papar Giyatno.

Saat ditemui Solopos.com, di rumahnya di Dusun Jikut, Desa Gondang Manis, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar, Selasa (14/8/2012) lalu, Giyatno merasa terbantu dengan adanya dukungan BI. Selain ke ITB dan Balitsa, enam anggota MAJI lainnya juga berkesempatan menimba ilmu di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Giyatno menyatakan studi banding itu menambah kreativitas anggota MAJI untuk lebih meningkatkan kualitas produksi jamur. Dari ilmu yang didapat melalui kunjungan dan pengalaman budidaya jamur selama ini, anggota MAJI berupaya memproduksi jamur supaya tampil beda. Misalnya untuk jamur tiram bisa memiliki daya tahan lama, jamur tidak basah, tebal dan putih.

MAJI juga mendapatkan bantuan enam unit kandang jamur dan isinya. Satu unit kandang jamur mampu menampung 6.000 baglog [media tanam jamur]-7.000 baglog.

BI Solo berupaya mendorong perekonomian Soloraya, salah satunya melalui Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Upaya pengembangan UMKM yang dilakukan BI Solo meliputi seluruh wilayah Soloraya. Yaitu Solo, Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, Klaten, Wonogiri dan Sragen. Di antaranya  cluster batik dan mebel di Solo, cluster jamur di Karanganyar, cluster cabai di Wonogiri, cluster rotan di Sukoharjo, cluster minapolitan di Klaten dan cluster susu sapi di Boyolali.

Suryono (JIBI/SOLOPOS/Nadhiroh)

“Pengembangan UMKM itu bisa dari dana PSBI [Program Sosial Bank Indonesia] atau CSR [Corporate Social Responsibilty] dan dari anggaran yang program non-PSBI,” ujar Deputi Kepala Perwakilan BI Solo, Suryono, di ruang kerjanya, Jumat (10/8/2012).

Dukungan kepada UMKM, terang Suryono, tidak dengan memberikan bantuan pinjaman modal. Dia menuturkan pasca diberlakukannya UU No 23/1999 tentang Bank Indonesia, BI hanya bisa memberikan bantuan teknis. Di antaranya dalam bentuk pelatihan, penyediaan informasi, penelitan, pengembangan cluster dan melatih pengusaha UMKM.

Dia mengatakan UMKM yang dibantu BI berganti-ganti agar UMKM lain juga ikut merasakannya. BI tetap melakukan monitoring dan evaluasi (monev) kepada UMKM yang pernah dibantu.

Selain itu, upaya lain untuk mendorong perekonomian Soloraya, BI memberdayakan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) atau BDS-P [Business Development Services Provider]. “Fungsi KKMB itu menjadi mediator untuk mempertemukan UMKM dengan bank,” lanjut Suryono.

Pernyataan senada disampaikan Ketua Asosiasi KKMB Soloraya, Ulung Koeshendratmoko. Ulung mengemukakan kinerja KKMB sudah berjalan sejak tahun 2005. KKMB sudah banyak membantu UMKM dan koperasi yang layak ke link sumber permodalan, baik yang perbankan atau non-perbankan. Beberapa sumber non-perbankan di antaranya BUMN [Badan Usaha Milik Negara], PKBL [Program Kemitraan dan Bina Lingkungan] dan koperasi.

“Kami tidak hanya membantu meng-link-kan. UMKM juga dibekali tentang pelatihan bagaimana cara membuat proposal. Kelebihan KKMB yaitu mampu melakukan analisis kritis dan keuangan,” kata Ulung saat dihubungi Solopos.com, Kamis (23/8/2012).

Ulung memperkirakan ada sekitar 85% usaha mikro yang belum familiar dengan sumber permodalan [belum bankable] dan belum feasible [layak dibiayai]. Ditambahkan dia, dari komunikasi dengan pemilik usaha mikro diketahui bahwa banyak pengusaha mikro yang merasa takut untuk mengajukan permodalan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya