SOLOPOS.COM - Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka (kedua dari kiri), berbelanja buah dengan transaksi pembayaran non tunai melalui Akselerasi Digitalisasi Pembayaran Terkini (AdipatiI) QRIS saat sosialisasi penyelenggaraan Solo Great Sale (SGS) 2021 di Pasar Gede, Solo, Jumat (3/9/2021). SGS 2021 yang akan berlangsung selama bulan Oktober menargetkan total transaksi Rp800 miliar. (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo mendorong agar pasar tradisional di wilayah Soloraya menerapkan transaksi secara digital atau nontunai. Hal itu bagian dari akselerasi transformasi digital untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada masa pandemi Covid-19.

Salah satunya yakni lewat digitalisasi pasar tradisional sebagai upaya perluasan penggunaan standar kode baca cepat Indonesia atau Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di wilayah Soloraya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Nugroho Joko Prastowo, saat berbincang dalam acara Srawung Awak Media sareng Bank Indonesia (Srambi) #2 di Teakyard, Colomadu, Karanganyar, Jumat (18/2/2022), menegaskan pentingnya program tersebut.

Baca Juga: BI Prediksi Ekonomi Soloraya Lebih Tinggi dari Nasional, Ini Alasannya

Ekspedisi Mudik 2024

Digitalisasi atau transaksi secara digital di pasar tradisional Soloraya, menurutnya, sebagai salah satu gerakan perluasan penggunaan QRIS berbasis komunitas. Harapannya, ke depan, QRIS tak hanya dimanfaatkan pasar modern dengan sasaran anak muda.

Namun pasar tradisional dan usaha menengah kecil dan mikro (UMKM) dengan target pengguna usia 40 – 50 tahun ke atas juga memanfaatkannya. Salah satu program yang telah mereka resmikan yakni Pasar Legi Siap QRIS yang diumumkan bersamaan peresmian pasar tersebut, 20 Januari 2022 lalu.

Konsep Kolaborasi

Kala itu ada 320 pedagang dan kios yang telah mengimplementasikan transaksi digital menggunakan QRIS sebagai alternatif pembayaran. Nantinya, perluasan penggunaan bakal dilakukan bertahap.

Baca Juga: Keren, Seluruh Pasar Tradisional di Solo Bisa Bayar Nontunai Mulai 2022

Proses digitalisasi Pasar Legi Solo dilakukan dengan konsep kolaborasi dan sinergi antara BI, Organisasi Perangkat Daerah (OPD), serta Paguyuban Pedagang dan Penyelenggara Jasa Pembayaran (PJP). Ke depan, digitalisasi pasar tradisional akan direplikasi di berbagai wilayah berdasar pada program kerja dan roadmaps Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) di Soloraya.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia Solo, total merchant QRIS Soloraya selama 2021 yakni sekitar 290.021. Jumlah paling banyak adalah Kota Solo, disusul Sukoharjo, Klaten, Karanganyar, Sragen, Boyolali, dan terakhir Wonogiri.

Joko mengakui selama ini masih banyak kendala yang mereka hadapi. Salah satunya kendala jaringan maupun ketersediaan infrastruktur publik pendukung digitalisasi.

Baca Juga: Menjawab Kebutuhan Pasar, BRI Terus Pacu Transformasi Digital

“Kendala jaringan maupun ketersediaan infrastruktur menjadi salah satu kendala. Itu menjadi perhatian dan akan diselesaikan secara bertahap,” kata Joko.

Joko mengatakan hal lain yang juga penting adalah mengubah perilaku masyarakat dari yang terbiasa menggunakan uang tunai menuju nontunai. Oleh karena itu, selain perbaikan infrastruktur, BI akan memperluas edukasi dan implementasi QRIS di sejumlah pasar tradisional.

Literasi Digital Masih Rendah

“Kami tekankan pada pendekatan edukasi, mengingat literasi digital memang masih rendah, sekitar 20%. Masalah infrastruktur nanti kita oyak, kita awali dengan budaya masyarakat dulu,” terang Joko.

Baca Juga: Banjir, Susah Sinyal, Ini Sederet PR Pasar Legi Solo setelah Peresmian

Lurah Pasar Legi, Nur Rahmadi, membenarkan pedagang pasar tersebut mulai memanfaatkan QRIS untuk transaksi digital. Ia memprioritaskan pedagang kios di lantai I dan II. Namun jumlahnya belum ada separoh dari total pedagang yang ada.

Sejauh ini, pedagang masih mengalami kesulitan dan memilih transaksi langsung. Mengingat hampir 50% sudah berusia tua. Namun, Nur mengatakan terus berupaya untuk mendukung percepatan digitalisasi di Pasar Legi. Setelah QRIS, Pasar Legi segera mewujudkan retribusi digital dengan sasaran semua pedagang.

“Kalau soal QRIS saya kurang paham pengembangannya bagaimana, karena ini kerjasama dengan pihak kedua yakni Bank Jateng dan BNI. Tapi kami terus berupaya ke arah digitalisasi. Ke depan akan ada retribusi digital. Saat ini banyak mahasiswa magang yang juga kami arahkan ke hal tersebut [digital],” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya