SOLOPOS.COM - Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi (Solopos)

Solopos.com, JAKARTA — Kepala Ekonom Citi Indonesia Helmi Arman memprediksi Bank Indonesia akan menurunkan tingkat suku bunga hingga ke 5 persen pada semester II-2023.

“Kami melihat ada ruang yang terbuka untuk penurunan suku bunga atau pelonggaran kebijakan moneter pada semester II-2023 di Indonesia,” kata Helmi di Jakarta, Senin (15/5/2023).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Helmi menjelaskan penurunan tersebut diperkirakan akan terjadi secara gradual sebanyak tiga kali, dengan masing-masing penurunan sebesar 25 basis poin (bps). Ia memproyeksikan penurunan suku bunga akan dimulai pada akhir kuartal III-2023.

Prediksinya tersebut mengacu pada sejumlah faktor. Pertama, pertumbuhan perekonomian Indonesia yang mencapai 5,03 persen pada kuartal I-2023. Terlebih, komponen ekspor berkontribusi besar pada penguatan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada periode tersebut.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor tumbuh sebesar 11,68 persen. Helmi melihat kondisi tersebut belum mengindikasikan kemungkinan terjadinya overheating atau demand pull inflation, yakni harga naik ketika permintaan melebihi penawaran dalam jangka pendek.

Di sisi lain, lanjut Helmi, neraca pembayaran saat ini terlihat jauh lebih baik dibanding tahun lalu. Perbaikan tersebut disebabkan harga komoditas yang sempat mencapai puncak tertingginya pada tahun lalu kini telah mulai berbalik, sehingga kemungkinan neraca pembayaran tahun ini tidak akan sebesar tahun lalu.

Selain itu, juga ada perbaikan pada neraca arus modal portofolio ke Indonesia. Helmi melihat arus dana portofolio global yang masuk ke negara-negara berkembang sudah lebih bersahabat bila dibandingkan tahun lalu, terutama bila mengingat Federal Reverse sudah hampir mendekati puncaknya.

Lebih lanjut, Helmi mengatakan Indonesia termasuk salah satu negara yang disukai banyak investor. Selain karena inflasi yang mulai mereda, posisi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga sudah mendekati ke level sebelum pandemi Covid-19.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, defisit APBN 2022 berada di level 2,38 persen dari PDB. Sementara defisit APBN 2019 berada di level 1,84 persen.

Faktor lain yang membuat Indonesia menarik minat investor adalah reformasi struktural perekonomian yang dianggap mampu menjadi bantalan terhadap gejolak-gejolak yang datang dari luar.

Berdasarkan sejumlah pertimbangan tersebut, Citi Indonesia memperkirakan BI akan menurunkan tingkat suku bunga.

“Dengan demikian, kami melihat suku bunga acuan di semester II tahun ini menurun ke 5 persen dari yang sekarang posisinya 5,75 persen,” ujar Helmi.

Belum Ada Rencana

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan BI belum memiliki rencana untuk kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen untuk tahun ini mengingat sudah memadai.

“Kami masih tetap sama, 5,75 persen itu telah memadai sejak Januari 2023. Dengan memadai itu, kami belum ada rencana untuk menaikkan kembali, sebagaimana cerminan dari Februari, Maret, April kami tidak menaikkan suku bunga,” kata Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Senin (8/5/2023).

Perry menjelaskan keputusan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) menaikkan Fed Fund Rate (FFR) atau suku bunga acuannya menjadi 5,25 persen masih sesuai dengan prediksi BI.

BI akan terus memantau pengetatan yang dilakukan oleh The Fed untuk mengendalikan inflasi di AS. Meski begitu, Perry mengatakan, BI tidak memiliki rencana menaikkan suku bunga acuan di dalam negeri.

Keputusan tersebut, lanjut Perry, tetap konsisten dengan stance kebijakan moneter pre-emptive dan forward looking untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan.

BI juga meyakini BI7DRR sebesar 5,75 persen memadai untuk mengarahkan inflasi inti terkendali dalam kisaran 3,0±1 persen hingga akhir 2023.

Selain itu, BI7DRR 5,75 persen juga diyakini mampu membuat inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke sasaran 3,0±1 persen lebih awal dari prakiraan sebelumnya.

Operasi moneter juga terus diperkuat untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter. Kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah juga terus diperkuat guna mengendalikan inflasi, terutama inflasi barang impor (imported inflation).

Kebijakan tersebut juga diarahkan untuk memitigasi dampak ketidakpastian pasar keuangan global terhadap nilai tukar rupiah, termasuk pengelolaan devisa hasil ekspor melalui implementasi Devisa Hasil Ekspor (DHE) sesuai dengan mekanisme pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya