SOLOPOS.COM - Ilustrasi perumahan. (Ilustrasi/Solopos Dok)

Solopos.com, SOLO — Masifnya pengembangan infrastruktur di Soloraya bakal memperkuat konektivitas antardaerah yang menjadi daya tarik utama pasar properti. Selain jalan tol Solo-Jogja, wilayah di sepanjang jalur rel kereta api (KA) menjadi lokasi potensial untuk pengembangan industri properti.

Konektivitas dan harga yang terjangkau masih menjadi daya tarik utama pasar properti dari tahun ke tahun. Saat ini,jarak rumah dengan pusat kota tak lagi menjadi pertimbangan utama dalam memilih dan membeli hunian. Selama perjalanan mudah ditempuh dan bebas macet, properti dipastikan laris manis diserbu pembeli.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Tak dapat dimungkiri, pembangunan infrastruktur di Soloraya dikerjakan secara masif dalam beberapa tahun terakhir. Wilayah Soloraya dilewati jalan tol Trans Jawa yang menghubungkan antardaerah di Jawa. Saat ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga tengah menggenjot pengerjaan pembangunan jalan tol Solo-Jogja.

“Jalur di sepanjang jalan tol Solo-Jogja bakal dilirik calon investor pengembang perumahan baik skala besar maupun kecil. Memang harga tanah sudah naik drastis namun sangat potensial sebagai lokasi perumahan dengan kemudahan akses bagi penghuni rumah,” kata Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Soloraya, Samari, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (31/3/2023).

Selain jalan tol, sepanjang jalur kereta api Solo-Jogja juga berpotensi menjadi lokasi pengembangan properti baik rumah komersial maupun rumah subsidi. Jalur kereta itu melewati sejumlah stasiun mulai dari Jogja-Palur, Karanganyar. Apalagi, sekarang kereta rel listrik (KRL) tak hanya berhenti di stasiun-stasiun besar melainkan menaikkan dan menurunkan penumpang di stasiun kecil seperti Gawok, Delanggu, Ceper dan Srowot.

Menurut Samari, konektivitas kian kuat tercermin dari tingginya jumlah penumpang KRL setiap hari. “Di sepanjang jalur KA juga sangat potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan pengembangan properti. Bisa Gawok, Caper, Delanggu dan Srowot. Kalau wilayah satelit Solo harga tanah sudah terlalu mahal,” ujar dia.

Para pembeli rumah bisa lebih mudah dan cepat menuju stasiun jika hendak bepergian ke Jogja. Mereka juga bisa berangkat dan pulang sewaktu-waktu menyesuaikan jadwal keberangkatan KRL. “Mau ke Solo dekat, ingin pergi jalan-jalan ke Jogja bisa naik KRL setiap saat. Berangkat pagi hari, pulang malam hari. Dan langsung sampai rumah karena lokasinya berdekatan dengan stasiun,” ujar dia.

Sementara itu, Sekjen Developer Properti Indonesia (Deprindo), I Gede Teguh Pratama, tak menampik faktor konektivitas menjadi daya tarik utama pasar properti. Calon pembeli cenderung memilih hunian yang dekat dengan pusat perbelanjaan, fasilitas umum, dan kantor pemerintahan. Banyak juga calon pembeli rumah yang mempertimbangkan lokasi tak jauh dari industri manufaktur.

Terutama kalangan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang berkeinginan memiliki hunian yang memadai dengan harga yang terjangkau. “Jalan tol Solo-Ngawi yang melewati Sragen, Karanganyar, dan Boyolali sangat potensial menjadi lokasi rumah subsidi. Banyak pabrik dan perusahaan di daerah tersebut,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya