SOLOPOS.COM - Bangunan Masjid Baitussalam berlantai II yang megah berdiri di Kampung Kauman, Gemolong, Sragen, Senin (18/4/2022). (Istimewa/Irawan Suhairi)

Solopos.com, SRAGEN — Masjid berlantai II di Kauman RT 003, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah merupakan masjid tua karena berdiri sejak 1919.

Pembangunan masjid pada masa itu dipelopori tokoh agama setempat K.H. Rasyid, K.H. Bulkin, dan Kiai Abu Sujak. Ketua Takmir Masjid Baitussalam Gemolong, Irawan Suhairi, menyampaikan kisah masjid tersebut kepada Solopos.com, Senin (18/4/2022).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Irawan mengungkapkan masjid tersebut awalnya merupakan bangunan kecil, sederhana, berdinding kayu dan bambu. Di samping masjid, sebut dia, ada pondok pesantren di bawah asuhan tiga tokoh agama tersebut.

Baca Juga : Pesona Masjid Baitussalam Tangen Sragen, Perpaduan Arsitektur Jawa dan Timur Tengah

Ekspedisi Mudik 2024

“Pada 1924, Masjid Baitussalam mendapat anugerah dari Keraton Kasunanan Surakarta sehingga masjid itu dipugar menjadi Masjid Gede Gemolong. Luas bangunan mencapai 400 meter persegi,” ujar Irawan.

Bangunan masjid terdiri dari satu ruang masjid, dua ruang pemestren, satu serambi, dan satu teras (topengan). “Pengelolaan masjid sepenuhnya diserahkan kepada K.H. Rasyid dan Raden Kiai Hamdan yang saat itu menjabat penghulu di Gemolong,” imbuhnya.

Di samping masjid, lanjutnya, juga dibangun gedung semi permanan untuk Madrasah Mambaul Ulum (MU). Para gurunya mendapatkan honor dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Madrasah Ibtidaiyah MU Gemolong hanya sampai Kelas IV.

Baca Juga : Ada Masjid Unik di Desa Ngupit Klaten Tertua Se-Indonesia

Tahapan Pembangunan

Bagi siswa yang ingin melanjutkan ke jenjang Kelas V dan VI harus ke MU Surakarta yang dulu terletak di samping Masjid Agung Keraton Surakarta Hadiningrat. “MI Mambaul Ulum Gemolong sekarang sudah tidak ada dan berganti nama menjadi MI Negeri Gemolong. Lokasinya pindah ke Nglangak, Kwangen, Gemolong,” katanya.

Dalam perjalanan waktu, Masjid Baitussalam Gemolong mengalami pembangunan. Kondisi itu seiring dengan peningkatan jumlah jemaah. Pembangunan dilakukan pada 1980 dan hingga 2005.

Baca Juga : Keunikan Masjid Tertua di Sukoharjo: Jadi Tempat Sembunyi Diponegoro

Masjid Baitussalam Gemolong mampu menampung 200 orang jemaah. Irawan berkisah pada 1979, masjid tak mampu menampung jemaah sehingga dibentuk Panitia Pembangunan Masjid. Kala itu, ujar dia, banyak donasi berupa uang dan material mengalir untuk keperluan pembangunan masjid. Pembangunan fisik dilakukan secara bertahap mulai 1980

“Dalam pelaksanaan pembangunan fisik, takmir Masjid Baitussalam bekerja sama dengan Muhammadiyah Cabang Gemolong. Muhammadiyah mendapat hak mendirikan gedung pendidikan formal, seperti PGA dan SMP Muhammadiyah dengan waktu tidak terbatas,” jelas Irawan.

Baca Juga : Uniknya Masjid Tertua di Indonesia: Kera Berkeliaran hingga Kidung Jawa

Wajah Masjid

Pembangunan tahap I pada 1980 dilakukan pada lahan seluas 20 meter x 20 meter dengan atap sirap, tinggi dinding 7 meter dan lantai teraso. Lalu, pembangunan tahap II pada 1981, yakni membangun serambi masjid berlantai II, masing-masing berukuran 20 meter x 10 meter. Selain itu, pembangunan tempat wudu dan kamar kecil.

“Pembangunan tahap tiga pada 1982 dengan melanjutkan pekerjaan lantai II serambi masjid yang direncanakan untuk kantor dan perpustakaan. Pada 1983 dilakukan pavingisasi halaman masjid dan pembangunan pagar,” terangnya.

Baca Juga : Sejarah Masjid Tertua di Indonesia, yang Lebih Tua dari Majapahit

Irawan mengungkapkan masjid sudah berdiri megah pada 1985. Luas bangunan mencapai 1.800 meter persegi. Pada saat itu, takmir menggelar rapat dan bersepakat memberi nama masjid dengan nama Masjid Baitussalam Gemolong.

Sejak saat itu, perlengkapan masjid dilengkapi, seperti pengeras suara, karpet, lampu, dan seterusnya. Pada 1998, lanjutnya, atap sirap diganti dengan bahan yang tahan lama, yakni alumunium.

Pembangunan berlanjut pada 2001-2022, yakni membuat hiasan dinding dan jendela antara perpustakaan dan masjid serta pagar lantai II. Pada 2004, Irawan mengatakan pembangunan menara masjid, tempat wudu, dan toilet yang representatif. “Pada 2005 wajah masjid bisa dilihat seperti sekarang ini.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya