SOLOPOS.COM - Tim Persis Solo (sebelah kiri) menjamu lawannya di Stadion Sriwedari, Solo, sekitar tahun 1930-an. Sebagian pendukung Persis memeringati tanggal 30 Maret sebagai hari kelahiran Persis selain 8 November (momen peresmian oleh pemerintah kolonial Belanda). (Foto repro, Dokumentasi Solo Societeit)

Solopos.com, SOLO–Sebuah rumah berarsitektur kuno di kawasan Keprabon, Banjarsari, Solo, itu tampak sepi, Senin (29/3/2021) sore. Hunian berwarna putih dengan sentuhan krem pada kusen ini tertutup rapat.

Hanya ada dua warga yang tengah bercengkerama di jalan sekitar kawasan. Lokasi rumah itu hanya selemparan batu dengan Balai Muhammadiyah, tepatnya di utara kantor organisasi Islam tersebut.

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Siapa sangka, rumah yang nyempil di gang kecil ini ikut mewarnai sejarah Vorstenlandsche Voetbal Bond (VVB), klub cikal bakal Persis Solo yang lahir Maret 1923.

Baca Juga: Siap-Siap, Sekitar 130 Pemain Bakal Ikut Seleksi Persis Solo

Rumah itu adalah milik AW Gani. Studi Solo Societeit, komunitas sejarah dan budaya di Solo, memperkirakan Gani merupakan aktivis gerakan Padvinder (kepanduan), embrio Hizbul Wathan (HW).

Gani diyakini turut menjadi pengurus Persatuan Sepak Bola (PS) HW, klub internal Persis yang lahir dalam tahun yang sama dengan Persis yakni 1923 (merujuk artikel Simbiosis Persis Solo dengan Harakah Muhammadiyah, dimuat dalam buku Merawat Sepak Bola Indonesia/2019).

Kala itu hubungan VVB dan Muhammadiyah memang mesra karena satu pandangan ihwal pergerakan Nasional. Muhammadiyah pun tak segan mempersilakan pengurus VVB memakai rumah seorang aktivisnya sebagai kantor pertama klub.

Baca Juga: Wahyu Tri Nugroho Dirumorkan Ke Persis Solo, Bagaimana Sikap Bhayangkara Solo FC?

Rumah Gani dipakai sebagai kantor Persis pada era prakemerdekaan hingga 1950-an. “Izin itu tak lepas dari peran Mangkunegara VII. Saat memberikan sepetak tanah untuk Muhammadiyah di Keprabon, Mangkunegara VII mewanti-wanti Muhammadiyah agar ikut nyengkuyung VVB,” ujar Koordinator Riset Solo Societeit, Fauzi Ichwani, saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (29/3/2021). Kolaborasi dengan Muhammadiyah memang banyak mewarnai Persis usai kelahiran klub pada 30 Maret 1923.

Hipotesis soal tanggal kelahiran itu merujuk surat kabar Darmo Kondho edisi 31 Maret 1923 yang mewartakan Raden Ngabehi Reksohadiprojo, Sutarman dan Sastrosaksono membentuk VVB untuk mewadahi klub-klub bola di Solo dalam sebuah perserikatan.

Kurang dari sebulan setelah kelahiran, Darmo Kondo edisi 7-13 April 1923 mencatat keikutsertaan klub-klub internal Persis dalam laga amal melawan klub asal Jogja dan Semarang. Laga yang dihelat Komite Pertandingan Sepak Bola Solo itu berlangsung di Lapangan Alun-Alun Kidul Keraton Solo.

“Persis mendonasikan 80% keuntungan dari karcis pertandingan untuk Muhammadiyah, sisanya masuk kas komite,” jelas Koordinator Riset Solo Societeit, Fauzi Ichwani, saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (29/3/2021)

Baca Juga: Mantul! Sragen Bakal Punya Kolam Renang Kelas Dunia

Tak hanya dengan Muhammadiyah, Persis menggelar aksi solidaritas dengan memberikan bantuan sosial pada Yayasan Oemat Islam. Gerakan berderma Persis kemudian merambah bidang kesehatan dengan membantu pengobatan penderita tuberculosis. Di bidang pendidikan, Persis turut memberi bantuan pada Taman Siswa.

Aksi solidaritas nan egaliter kian terlihat saat Persis ikut berderma pada Yayasan Amal Tiongkok. Seluruh kegiatan sosial ini dapat dilakukan Persis secara konsisten karena klub didukung finansial yang baik (Berita PSSI, Januari 1940). “Persis lebih dari sekadar bond sepak bola,” ujar Fauzi yang juga Wakil Ketua Pemuda Muhammadiyah Sragen.

Spirit solidaritas di awal kelahiran Persis ini dianggap masih relevan diterapkan di masa kini. Dengan kondisi keuangan yang lebih baik menyusul peralihan kepemilikan pada trio Kaesang Pangarep, Kevin Nugroho dan Erick Thohir, Laskar Sambernyawa dinilai bisa berperan lebih di lingkungan masyarakat.

“Harmonisasi Persis dengan elemen masyarakat perlu didorong kembali. Saya percaya Persis bisa menjadi wadah yang menyatukan,” ujar Fauzi.

Baca Juga: Demi Persis, Yussa Siap Pulang Kampung Dan Tinggalkan Belanda

Membumi dengan Lingkungan

Tokoh Pasoepati Pasar Kliwon, Yudhi Winarno, mengatakan Persis perlu belajar dari akar sejarah agar kembali membumi dengan lingkungannya. Yudhi menyebut berita tentang Persis satu dekade terakhir masih tak lepas dari si kulit bundar.

“Selingannya paling konflik di manajemen. Hampir tidak ada upaya klub untuk lebih berperan di masyarakat. Menurut saya, ini saatnya Persis memperbaiki citranya. Mumpung sekarang sumber daya di manajemen, birokrasi dan suporter dapat bersinergi,” tutur dia.

Sementara itu, sejumlah pendukung Persis memeringati Hari Jadi ke-98 Persis pada 30 Maret 2021 dengan menggelar umbul donga di Astana Mangadeg, Matesih, Karanganyar, Senin (29/3/2021) malam. Astana Mangadeg menjadi makam Pangeran Sambernyawa, ikon perjuangan Persis Solo.

Sedangkan sejumlah fans yang tergabung di Pagar Hijau Manahan dan Campus Bois berencana menggelar bedah buku Bangkitlah Sang Legenda: Kiprah Persis Solo di Dunia Sepak Bola di Rumah Banjarsari, Selasa (30/3/2021) malam. Acara itu menghadirkan penulis buku, Nikko Auglandy, dan jurnalis sepak bola yang juga Press Officer Persis, Bryan Barce.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya